A.
Masa Awal
Satu
faktor yang mendorong kepada perjuangan pemisahan dari Inggris adalah ciri manarik dan keunikan tersendiri yang berada dalam diri
pendatang-pendatang yang berhijrah ke benua Amerika. Mereka meninggalkan negara
asal karena tidak berpuas dan juga bagi
mencari kehidupan yang lebih baik di tempat lain. Walaupun mayoritias pendatang
adalah berbangsa Inggris tetapi terdapat juga pendatang lain. Orang-orang Jerman dan Irlandia keturunan
Skotlandia yang berdatangan sebagai imigran dalam jumlah besar pada waktu itu,
jika digabungkan dengan orang-orang Swedia dan Belanda yang telah datang dalam
abad ke-17, menciptakan suatu etnis yang kemudian mewarnai penduduk Amerika
dalampembentukan bangsa.[1]
Dari tahun 1739 hingga 1763 masa yang ditandai dengan banyaknya
pertikaian internasional antara bangsa-bangsa di Eropa. Perdebatan ini mencakup
antara lain, tentang persoalan seperti apa manfaatnya mengadakan perang dengan
perancis dan spanyol dan bagaimana cara yang paling efektif untuk melaksanakan
perang. Perbedaan pendapat yang terjadi tidak pernah diselesaikan secara jelas
dan keadaan ini sendiri menampilkan bahwa Inggris selama pertengahan abad 18, tidak mempunyai kebijaksanaan yang
jelas atas koloni-koloninya dan hal ini mendorong ketidak puasan.
Sesudah
perang yang terjadi antara Prancis dengan suku Indian (1754-1763)[2],
suatu peperangan dimana Inggris dapat mengalahkan Prancis dan merebut daerah
yang sekarang dikenal dengan nama Kanada, Inggris sudah menyiapkan pasukan
militer yang cukup besar. Inggris memusatkan pengawasan dibawah penguasa
militer dan memisahkan administrasinya
dari politik colonial, Hal ini tentu saja menambah semakin memburuknya tata
hubungan antara gubernur koloni dan
pimpinan militer[3].
Akhirnya 4 gubernur dari golongan militer ini
mengakhiri masa pemerintahannya dalam suasana politik yang tidak mudah
didamaikan. Semua itu dikarenakan kebijakan pemerintah tersebut. Mereka tidak
menyadari bahwa akibat dari itu semua , pemerintah Inggris telah memaksakan
suatu organisasi militer yang kuat ke dalam system politik yang lemah,
akibatnya menimbulkan berbagai macam kesulitan selama 10 tahun
sebelum perjuangan kemerdekaan Amerika dimulai tahun 1776. Selain factor dari luar tersebut, ternyata dari dalam Negara koloni dengan pemerintah Inggris ternyata menyimpan banyak gejolak. Setelah perang Inggris-Prancis, dan dimenangkan oleh pihak Inggris, pemerintah pusat membutuhkan banyak uang untuk daerah kerajaan yang bertambah luas.
sebelum perjuangan kemerdekaan Amerika dimulai tahun 1776. Selain factor dari luar tersebut, ternyata dari dalam Negara koloni dengan pemerintah Inggris ternyata menyimpan banyak gejolak. Setelah perang Inggris-Prancis, dan dimenangkan oleh pihak Inggris, pemerintah pusat membutuhkan banyak uang untuk daerah kerajaan yang bertambah luas.
In the final contest with the French and their Indian
allies in the French and India
war of 1756-1763, the conflict became general along the frontier; and many
American soldier, including George Washington, then acquired experience
experience in the arts of campaigns and battles. The struggle opened
unofficially in 1755 with the march of general braddock’s troops into the
western wilderness of Pennsylvania ,
where they suffered a disastrous defeat. War was formally declared in 1756 and,
at the and of seven years, it closed in the acquisition of Canada by great
Britain and the expulsion of the French from their other continental claims.[4]
B. Memasuki Masa
Bergejolak
Langkah
yang pertama pada tahun 1773 terjadi penerapan system baru yaitu penggantian
Undang-undang gula cair (Molasses Act). Kebijakan ini memberlakukan cukai atau
pajak atas imporium dan gula cair dari Inggris. Tapi kebijakan ini menimbulkan
pertentangan dari para pedagang dari new England, karena merugikan bisnis
mereka. Rapat dewan kota ,
pedangang dan anggota legislative memprotes hukum ini. Pemajakan tanpa
perwakilan, sebuah slogan yang memberukan alasan bagi banyak orang Amerika
untuk menentang Negara induk mereka.[5]
Tahun 1764, parlemen memberlakukan Undang-Undang Mata Uang yang bertujuan untuk
mencegah uang kertas yang bukan cetakan dari pemerintah, mengingat koloni adalah daerah perdagangan yang defisit
dan secara bertahap kekurangan alat pembayaran. Kebijakan ini menambah beban
perekonomian dari colonial, dan ditambah lagi dikeluarkannya Undang-undang Bela
Negara tahun 1765 yang mengharuskan koloni memasok pasukan untuk kerajaan
dengan perbekalan dan barak.
Langkah
terakhir penerapan system colonial baru membangkitkan perlawanan terbesar dan
terorganisir.[6]
Peraturan baru yang dikenal sebagai Undang-undang material (stamp Act)
menyatakan bahwasanya cukai materi akan dikenakan untuk Koran, pamflet,
majalah, dan dokumen resmi lainnya.
In 1765 Grenville devised another measure,
the Stamp Act. Stamp duites were imposed on legal and commercial documents, on
newspapers, almanacs, pamphlets, playing cards and dice. This was touching many
of the rank and file directly; they had caught the impact of previous act only
indirectly. The started purpose to which the revenue accruing was to be used
was the upkeep of the military establishment in the colonies. The Americans,
now that the French were gone, could se only one reason for the elaborate
military establishment – a sly way of being ready to enforce distastesful
measures. And, when violators were made subjek to the jurisdiction of the non
jury admiralty courts, colonial resentment could no longer contain it self.
Especially was this true when the stamp act was followed in quick succession by
the quartering. Act, which required the colonies to billet the soldiers who
were sent overseas and whom there was insufficient room in existing royal
barracks.[7]
Pungutan
yang diberlakukan ini nantinya akan digunakan untuk melindungi dan mengamankan daerah-daerah koloni. Dampak
dari undang-undang ini mempengaruhi semua orang untuk melakukan bisnis apapun. Dampak yang lain adalah menyatunya beberapa elemen yang paling kuat dari masyarakat kolonial yaitu pengacara, rohaniwan,
wartawan dan pengusaha. Opposition came in a
variety of forms. Oposisi datang dalam berbagai bentuk. Some was reasoned and informal, such as James Otis
' The Rights of the British Colonies Asserted and Proved , a pamphlet
that proclaimed the unconstitutionality of taxation by agencies in which the
colonies were not represented.James Otis
'Hak Koloni Inggris, sebuah pamflet yang menyatakan penolakan atas hak Inggris untuk bisa menarik pajak dari
Amerika[8].
Pada musim panas tahun 1765, perdagangan dengan negeri induk turun drastis,
ketika sekelompok orang berpengaruh bersatu dalam “ Sons of Liberty[9]” .
seorang tokoh dari Virginia ,
Patrick Henry , pada bulan mei mengeluarkan serangkaian resolusi bahwa
Undang-undang material adalah ancaman bagi kebebasan kolonial. Bahwa orang Virginia memiliki hak
seperti orang Inggris lainnya, yaitu mereka hanya dapat dikenai pajak oleh
perwakilan mereka. Puncaknya pada bulan Oktober 1765 diadakan Kongres
Undang-undang Material di New York
dengan anggota perwakilan dari seluruh koloni. Tujuan kongres ini adalah untuk
mempertimbangkan banding agar lepas dari raja dan parlemen Inggris dan
menentang campur tangan parlemen Inggris dalam urusan Amerka. Resolusi yang
keluar dari kongres ini adalah bahwa tidak ada pajak yang akan atau dapat
secara konstitusional dikenakan pada mereka, kecuali oleh pihak legislative
mereka.
Permasalahan
selanjutnya adalah tentang perwakilan. Antara pihak koloni dan parlemen Inggris
mempunyai sudut pandang yang berbeda.
Kebanyakan pejabat Inggris yakin bahwa parlemen merupakan badan kerajaan
yang mewakili dan memiliki wewenang yang sama atas koloni seperti halnya Negara
asal. Sedang dalam sudut pandang pemimpin Amerika, tidak ada parlemen kerajaan,
yang ada hanya hubungan resmi mereka dengan pemilik tahta. Pada tahun 1764,
James Otis, seorang tokoh setempat selama revolusi Amerika, menulis pamfletnya
yang terkenal mengenai hak-hak koloni
Inggris di mana dia menyatakan penolakan atas hak Inggris untuk menarik pajak
dari Amerika[10].
Parlemen inggris tidak
menerima hal tersebut, banyak kolonis di Penyslavania menentang kemerdekaan,
tapi akibat dari dampak boikot dari Amerika akhirnya tahun 1766, parlemen
menyerah dan menghapus undang-undang materai dan memodifikasi kembali
undang-undang gula. Namun parlemen juga
mengeluarkan undang-undang hak-hak hukum ( Declaratory Act).
1.
Undang-undang Townshend
Charles
Townshend, seorang Menteri Keuangan dari Inggris, mendapat tugas untuk membuat
program fiscal yang baru yang menimbulkan serentetan kemarahan yang timbul dari
rakyat Amerika. Dalam kebijakannya ia meringankan beban pembayaran rakyat
Inggris dengan mengifisienkan pengumpulan pajak perdagangan di Amerika, seperti
memperketat administrasi, dan mendukung pajak atas impor koloni yang diekspor
dari Inggris. Undang-undang ini
dirancang untuk menaikan pemasukan uang yang digunakan untuk membiayai
aparatur-aparatur Negara dan pasukan Inggris di Amerika.
Dalam
the letter of a Pennylvania farmer(1767-1768),
menyanggah bahwa parlemen memiliki hak
untuk mengendalikan perdagangan kerajaan
tapi tidak memiliki hak memajaki koloni.[11]
Tulisan ini karya pengacara Philadelpia , John Dickinson sebagai jawaban atas
Undang-undang Townshend. Akibat dari Undang-undang ini, perlawanan dari rakyat
sangat gencar, seperti yang terjadi dalam kebijakan-kebijakan terdahulu. Mereka
mulai menggunakan produk-produk local. Di Boston, pasukan Inggris yang hadir
disana menimbulkan keributan yang berakhir kekerasan, pada 5 Maret 1770. dan pada tahun itu pula parlemen Inggris
memilih mundur dan menghapuskan Undang-undang Townshend tersebut kecuali untuk
teh.[12]
2.
Munculnya Tokoh Revolusioner
Para pejuang revolusioner berjuang terus agar kontroversi tetap
terjadi. mereka berpendapat bahwa pembayaran pajak terhadap parlemen merupakan
prinsip bahwa mereka menerima parlemen dan hak-haknya untuk mengatur mengatur
semua koloni-koloni, sehingga kebebasan mereka terbatasi oleh parlemen
tersebut. Pemimpin radikal
yang paling efektif adalah Samuel Adams dari Massachsetts, yang terus berjuang
untuk kemerdekaan Amerika[13]. Tujuannya adalah untuk
mempengaruhi opini dari masyarakat terhadap orang-orang yang kuat secara
politik dan social. Menggerakkan mereka dengan tindakan nyata, dan membuat
rakyat sadar kekuatan yang paling penting ialah kekuatan dari siri mereka untuk
melawan segala tindakan yang mengekang kebebasan.
Untuk
melancarkan tujuannya ia berpidato dan menulis artikel dalam Koran-koran dan
juga pada tahun 1772, ia
mengadakan rapat kota Boston untuk memilih sebuah komite
perimbangan yang menyatakan hak dan keluhan dari penduduk koloni.[14]
komite ini menghubungi kota-kota lain mengenai masalah-masalah yang terjadi dan
meminta untuk memberi tanggapan. Masalah-masalah tersebut antara lain mengecam
bahwa keputusan Inggris untuk membayar gaji hakim dari pungutan pajak karena
dikhawatirkan hakim tersebut tidak tergantung lagi terhadap legislative dan
kemudian menuju ke arah perbuatan
yang sewenang-wenang.
Akhirnya komite ini dibentuk dari seluruh koloni dan terbentuklah sebuah basis
revolusioner yang efektif , akan tetapi disini Samuel Adams belum cukup
dukungan untuk mencapai sebuah revolusi.
Pada
tahun 1773, perusahaan Inggris di Hindia Timur mengalami situasi yang sulit
dalam hal keuangan. Perusahaan tersebut meminta tolong pada Inggris untuk
melakukan monopoli atas semua teh yang yang diekspor ke koloni. Akibatnya ,
tindakan ini memacu pedangang-pedagang colonial bergabung dengan kaum
revolusioner untuk bergerak menuju suatu kemerdekaan, karena mereka merasa
dirugikan. Namun di Boston, agen-agen tersebut menolak desakan penduduk koloni,
dan gubernur kerajaan mendukung dan mempersiapkan untuk membawa kargo ke darat
tanpa menghiraukan desakan koloni. Pada tanggal 16 desember 1773, pada malam
hari sekelompok orang yang menyamar sebagai suku Indian, yang dipimpin oleh
Samuel Adams, menaiki tiga kapal yang sedang berlabuh dan kemudian membuang
kargo the tersebut.
The problem was handled differently in
different places. In some ports, the tea was landed and stored in musty cellars
to spoil. In others, the ships were not permitted to land. In Boston , several patriots, dressed as Indians
and carrying hatchets, boarded three ship loaded with tea. They chopped open
the chests, poured the tea into the see, and quietly left the scene when the
colonists learned what had been done, many of them felt that the “Indians” had
gone too far, but they soon forgot their criticisms when the learned of the
action taken by parliament against Boston and Massachusetts.[15]
Tindakan
ini dilatarbelakangi karena mereka takut jika teh ini sampai ke darat, kemudian
para penduduk akan terpaksa membayar pajak dengan membeli teh tersebut. Akibat dari tindakan
ini pemerintah Inggris mengecamnya sebagai tindakan vandalisme dan akan
mengunakan jalur hukum untuk membawa penduduk yang memberontak ke dalam jalur
yang mereka inginkan.
3. Undang-undang yang bersifat
memaksa ( Coercive Act)
Parlemen
mengeluarkan kebijakan baru, yang pertama peraturan Pelabuhan Boston ( Boston
Port Bill) yaitu menutup pelabuhan Boston
karena kerugian atas pembuangan teh dan meminta ganti rugi. Kemudian yang
kedua, melarang penyelenggaraan pertemuan kota
tanpa persetujuan gubernur dan membatasi wewenang pihak local. Kebijakan
selanjutnya adalah Undang-undang Bela Negara, yaitu mewajibkan pejabat local
untuk menyediakan tempat yang layak bagi pasukan Inggris, bahkan kalau perlu
ditempatkan di rumah-rumah pribadi.
Pada
tanggal 5 September 1774, para perwakilan dari koloni-koloni bertemu di
Philadelpia untuk membicarakan masalah-masalah yang sedang berkembang dari
koloni-koloni. Delegasi ini dikenal dengan kongres Kontinental Pertama.
Keputusan dari kongres ini adalah bahwa undang-undang bersifat memaksa tidak
perlu dipatuhi, dan kongres ini diakhiri dengan penyusunan sebuah resolusi yang
isinya antara lain adalah hak penduduk koloni untuk hidup bebas dan makmur.
Dalam kongres ini terjadi pembentukan Asosiasi Kontinental, Asosiasi ini
mengarah pada sikap hemat serta mendorong tumbuhnya Industri dan ekonomi.
Asosiasi ini kemudian memegang kepemimpinan di koloni-koloni dan mendorong
untuk mengakhiri semua wewenang kerajaan yang masih ada.
Raja
George III sebetulnya masih bisa menjalin persekutuan dengan pihak moderat,
sehingga dapat memperkuat posisi Inggris dan revolusi tanpa kekerasan tidak
terjadi. Tapi Raja tidak membuat konsensi apapun untuk ini. Bahkan membuat
tulisan bahwasanya keputusan yang dibuat oleh pihak koloni akan diperangi baik
kalah maupun menang.
Sumber :
Alden, John
R. and Alice Magenis.1960. a History of
the United States , New York : American Book Company.
Bannon, John
Francis.1952. History of the Americas (Volume One), New York :
Mcgraw-Hill Book Company.Inc.
Beard,
Charles A and Mary R. Beard. 1944. a Basic History of the United States , New York : Doubleday, Doran & Company.
Blake, Nelson
Manfred. 1954. a Short History of
American Life New York :
Mcgraw.Hill Book Company,Inc.
Cicota, Howard
dan Prayitno.2004. Garis Besar Sejarah
Amerika. Departemen Luar Negeri Amerika Serikat
Gabriel, Ralph H. 1991. Nilai-nilai Amerika:(Pelestarian dan Perubahan), Jogjakarta: Gajah
Mada University Press.
http://id.wikipedia.org/wiki/koloni Inggris.
diakses pada tanggal 3 maret 2010,
pukul 01.25 A.M.
tugas kuliah
jaman bahlul, diampu oleh Prof. Dr. Husein Haikal dan Alhamdulillah nilai saya
keluar..
Semoga
bermanfaat :D
[1] Ralph H. Gabriel, Nilai-nilai
Amerika: (Pelestarian dan Perubahan), (Jogjakarta: Gajah Mada University
Press, 1991), hlm 153.
[3]
Pejabat militer tersebut diangkat dan ditempatkan menjadi gubernur Florida
timur dan barat, kepulauan Hindia Barat dan Quebec, semua wilayah yang didapat
dari hasil Traktat Paris tahun 1763, yang mengakhiri perang tujuh tahun.
[4]
Charles A. Beard and Mary R. Beard, a
Basic History of the United
States (New York: Doubleday, Doran &
Company, 1944), Hal. 84.
[5]
Cicota, Howard dan Prayitno, Garis Besar Sejarah Amerika, (Departemen Luar
Negeri Amerika Serikat:2004), hlm 68.
[11]
Nelson Manfred Blake, a Short History of
American Life (New York: Mcgraw.Hill Book Company,Inc, 1954), Hlm 126.
revolusi Amerika mengubah cara pandang dan cara hidup orang Amerika
BalasHapus