Jumat, 15 Juni 2012

Interaksi Menghasilkan Energi


“La da’wata illa bil jihad, wa la jihada bila tadhiyyah”

Sekilas judul tulisan di atas sedikit berbau dengan rumus fisika, kimia atau apalah yang sejenisnya. Berawal dari pemikiran tentang sebuah pergerakan yang berbasis remaja dan pelajar yang bercorak sosio-keagamaan. Interaksi yang berarti hubungan sinergis yang diharapkan mengahsilkan energy, yakni gerak langkah organisasi yang mulus dan saling mendukung. Memang yang namanya teori pasti muluk-muluk mengonsepkan sesuatu hal, akan tetapi ada hal yang tak kalah pentingnya, yakni aplikasi atau penerapannya. Teori memang penting, tapi kadang teori tersebut  tidak sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. Walaupun sudah dilakukan observasi dari berbagai sudut, namun kadang hasil tidak semulus yang kita harapkan. Ada sesuatu yang mengganjal dalam hal ini, diluar teori dan aplikasi, yakni Sumber Daya Manusianya atau dalam istilah pergerakkan dinamakan “Kader”.
Orang-orang yang bergerak menggerakkan sebuah organisasi pasti terkendala dengan Kader. Meskipun system perkaderan tersebut sudah dibuat sedemikian rupa. Generasi penerus memang sangat penting demi kelestarian sebuah organisasi. Pergerakkan akan macet jika orang-orangnnya kurang menyadari akan pentingnya kelangsungan organisasi. Rata-rata kesadaran mereka hanya pada taraf jabatan yang dipegang. Namun hal ini tidak “saklek” seperti ini, kadang dengan jabatan sendiri pun acuh tak acuh. Ini yang menjadi masalah klasik yakni mengutamakan kepentingan pribadi di atas kepentingan organisasi. Memang kepentingan pribadi tersebut adalah hak setiap anggota, namun di balik itu ada tanggung jawab yakni amanah yang mereka janjikan di awal pelantikan, itu pun jika diamalkan dalam mulut dan  masuk ke sanubari.
Memang simbolitas ketua itu penting, dalam artian ketua organisasi adalah bak nahkoda kapal. Kemana pun kapal itu bergerak nahkoda lah yang menentukan. Jika dimakna kan mutlak seperti itu ini akan mengesampingkan perangkat pembantu lainnya, seperti navigator, kapten kapal dan sebagainya. Ketua hanyalah symbol belaka. Dia tidak akan bisa bergerak jika jajaran penting dibawahnya tidak berjalan sesuai
rel. Maksudnya  perangkat pembantu ketua yang bergerak aktif. Perumpamaan seperti presiden yang bisa berjalan dengan dibantu oleh jajaran dibawahnya, ada wakil presiden, menteri, DPR, dan jajaran birokrasi mulai dari tingkat atas sampai pada tataran terendah. Program-program mereka pun akan jalan jika rakyat meng-amininya walaupun pemerintah punya sifat memaksa. Tanpa bantuan rakyat dan gerak yang sinergis antar kedua belah pihak, maka negara itu bisa dikatakan “GAGAL”. Bahkan seorang pemimpin dictator pun pasti akan kewalahan jika tidak di bantu jajaran penguatnya.
Organisasi bagaikan rumah yang dihuni bersama-sama. Organisasi punya visi-misi tertentu yang mulia untuk keselarasan anggota dan juga masyarakat luas. Mengambil definisi dari organisasi yakni, sebuah perkumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai susunan kepengurusan yang jelas dan punya tujuan yang jelas pula. Maka dari itu pergerakan terstruktur tersebut mau tidak mau jika ingin terus berjalan harus ada korelasi antar pengurus dan organisasi yang berkaitan. Perdebatan tentang sesuatu dalam sebuah rapat memang wajar adanya. Ini menunjukkan adanya rasa kritis yang menaungi anggotanya, tentunya untuk tujuan perbaikan, dan perubahan yang menuju ke arah kebaikan. Allah bersabda ”Sesungguhnya Allah mencintai orang yang berjuang di jalanNya dalam barisan yang teratur, mereka seakan akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh (Q.S Ash-Shaff, 61:4)”.
Terlalu lama vacuumnya organisasi juga menyebabkan para penghuni rumah (Kader-red) menjadi malas untuk bergerak lagi, apalagi para anggota baru yang baru merasakan manis asamnya sebuah perjuangan. Follow up dari sebuah kegiatan juga menjadi sangat penting, hal ini untuk meminimalisir larinya para kader tersebut. Para kader harus diwadahi dengan berbagai cara yang menarik. Tapi hal klasik selanjutnya dalam organisasi (tataran bawah) adalah masalah dana. Kadang dana memang sangat penting untuk kelangsungan organisasi. Organisasi tak akan jalan juga jika tidak ada dana, karena dana adalah sumber penghidupan kedua setelah kader (secara formal). Para anggota seperti siklus, lahir, tumbuh, berkembang, hilang dan bahkan mati. Ada yang semangat membara, ada yang setengah-setengah, ada yang malas-malasan, ada yang acuh tak acuh dan sebagainya.
Namun, selain masalahtersebut semangat dan rela meluangkan waktunya untuk kelangsungan organisasi semacam menjadi hal yang langka. Tidak bisa dielakkan lagi, pasti yang tampak hanya “itu-itu saja”. Banyak yang terkendala dengan kesibukan masing-masing atau memang menyibukkan diri dengan hal yang lain. Ataukah sudah jemu dengan organisasi yang lama dan pindah rumah yang lebih hijau lagi. Ketua sebatas mengayomi dan berusaha sekuat mungkin untuk mencoba menggerakkan laju roda sebuah organisasi. Tentu tidak lepas dari para jajaran inti yang bergerak aktif saling membantu dan berkontribusi memikirkan masa depan rumah (organisasi-red) tersebut. Pengurus inti menyusun konsep, dan langsung berusaha mengaplikasikan konsep tersebut.
Jadi masalah klasik dimanapun sebuah pergerakan adalah dana dan kader. Dana yang banyak tapi kader yang lemas juga tidak akan berjalan yang ada hanya penghambur-hamburan uang yang tidak bermanfaat. Namun kader yang militant dan dana yang minim juga biasanya akan terus bergerak. Dengan modal semangat para kader tersebut membuat otak berfikir dari mana dana dapat didapat. Jadi semangat dan pengorbanan waktu itu adalah merupakan modal dalam sebuah organisasi, pergerakan, yang non profit oriented. Anggotanya tidak dibayar, hanya keikhlasan dan pengorbanan yang menjadi modal. Kadang uang dari kantong pun keluar untuk urusan organisasi. Mungkin zaman sekarang kita sangat sulit mencari kader yang mau untuk berjuang dalam organsisasi semacam ini. Tidak mendapatkan apa-apa yang nyata (upah-red) dan hanya dapat capek dan emosi.
Sebenarnya banyak sekali keuntungan berkecimpung dalam sebuah organisasi. Di sana kita bisa belajar menghargai orang lain, bekerjasama menyusun dan mengadakan kegiatan, tolong-menolong dalam segala hal. Berinteraksi dengan masyarakat, birokrat, dan organisasi yang lainnya. Di sana kita bisa belajar tentang tanggung jawab, menghargai pendapat, dan juga berpendapat. Kita juga akan mengerti akan kesetiakawanan dan asam garam sebuah pengorbanan dan perjuangan. Kita juga bisa yang cenderung hanya teori saja, di organisasi kita bisa mencoba mengaplikasikannya. mengamalkan ilmu yang kita dapat dari pendidikan formal Kadang kita berfikir “untuk apa kita melakukan ini? Mendingan nongkrong di café, bercanda dengan teman-teman, bermain PES dan lain sebagainya”. Namun ada yang lebih dari pada perjuangan tersebut, yakni pengalaman dan pertemanan. Ini mungkin bisa bermanfaat kelak, karena masa depan siapa yang tahu, hanya Tuhan yang tahu dan kita mengusahakan. Tapi optimisme pun mulai terbangun, Allah bersabda “Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.(Q.S Muhammad,47: 7). Tetap semangat teman-temanku semua, saya yakin hari esok akan lebih bermakna, ada hikmah di balik hal ini. Percayalah…percayalah…
Munggur, 15 Juni 2012.
23:14 WIB
Hasby Marwahid


“Teruntuk teman-temanku yang ada di bangku formal dan yang bukan.. selamat berjuang. ! mari kita runtuhkan ego dan ketidakadilan ! jangan berfikir apa yang kita dapat, tapi apa yang   sudah kita berikan, pasti kita akan dapatkan lagi. Going to the ekstra miles”.

0 komentar:

Posting Komentar