Selasa, 31 Mei 2011

Mencari Indonesia melalui kekayaan budaya

            Pada umumnya, kita mengenal bahwa bangsa Indonesia yang terdiri lebih dari 500 suku bangsa masing-masing memiliki kearifan lokal yang mengatur eksistensi dalam hubungannya dengan Tuhan YME, hubungan dalam dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dan hubungan dengan alam lingkungannya, dalam berbagai ungkapan tradisional berupa petatah, pantun nasihat, cerita rakyat dan sebagainya. Kearifan lokal itu yang selama mencitrakan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang ramah, sopan santun dan bermartabat. Dari keberagaman ini muncul suatu pengertian bahwa ke-Indonesia-an memang di mulai dari adanya keberagaman. Keberagaman itu terjadi disebabkan karena kepulauan Nusantara terdiri atas: 17.200 pulau, lebih dari 300 etnis mayoritas dan minoritas dengan berbagai bahasa yang tersebar dalam pulau-pulau. Namun diakui bahwa keberagaman itu akan berakulturasi secara dinamik, kreatif dari berbagai aspek yang berbeda menuju kepada satu kesatuan yang menjadi jati diri bangsa Indonesia.
               Salah satu fenomena yang kita rasakan sejak terbukanya era globalisasi yang ditandai dengan masuknya pengaruh nilai-nilai baru dalam semua sendi kehidupan kita serta komitmen bangsa untuk melakukan reformasi di segala bidang telah membawa dampak perubahan masyarakat yang sangat besar. Dampak positif yang kita rasakan antara lain adalah perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni akibat teknologi informasi. Namun dampak negatif yang menyertai juga tidak kalah dahsyatnya berkaitan dengan masalah sosial budaya yang menyangkut hal mendasar dari tabiat dan mentalitas bangsa. Selanjutnya dari berbagai event budaya terlihat bahwa perkawinan budaya dalam era globalisasi saat ini, memperlihatkan kecenderungan akan pengaruh dominan budaya barat (Westernisasi) terhadap kebudayaan yang telah ada di Indonesia.
                Masyarakat secara umum yang berinteraksi dengan budaya asing tersebut terus menerus menyerap budaya barat dalam kehidupan kesehariannya sehingga tidak disadari bahwa budaya Indonesia yang sangat tinggi beransur-angsur kehilangan akar budaya dan nilai dasarnya. Kehilangan jati diri atas kebersamaan tersebut menyebabkan terjadinya degradasi kehidupan sosial di mana-mana, munculnya kerusuhan, dekadensi moral, ketidakpercayaan, kehilangan semangat gotong royong dan sebagainya adalah dampak yang harus ditanggung bersama. Seharusnya dengan sikap ke-bhinneka-tunggal-ika-an, rasa kebersamaan yang seharusnya dipupuk dan dibina dalam rangka menuju kemandirian dan kesejahteraan bangsa sesuai dengan tujuan bangsa dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
               Pondasi dasar kebudayaan Indonesia mempunyai sifat: akulturatif, integratif adaptif, kreatif dan harmonis yang dinamis dalam menerima unsur-unsur budaya asing menyaring dan menyerap akan hal hal yang dapat memperkaya munculnya ke-Indonesia-an. Dasar budaya Bhinneka Tunggal Ika merupakan suatu unsur yang sangat fundamental yang dapat dijadikan bingkai dasar untuk merajut kembali goyahnya jati diri kebudayaan bangsa. Kemudian memahami kembali nilai-nilai kearifan lokal yang tergeser pengaruh dari luar untuk mencari makna ke-Indonesia-an yang sebenar-benarnya dalam arti yang lebih luas sebagai pedoman hidup individu, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Hasby Marwahid
Dalam kata pengantar proposal seminar sejarah nasional
Mencari Indonesia Melalui Identitas Budaya
Universitas Negeri Yogyakarta

Ikatan Pelajar Muhammadiyah


Mukadimah
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفّاً كَأَنَّهُم بُنيَانٌ مَّرْصُوصٌ
QS As Shaff (61) :3
"Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh."

Ayat ini mengisyaratkan kepada kaum muslimin agar mereka menjaga persatuan yang kuat dan kesatuan yang kokoh, memberi semangat yang tinggi, suka berjuang dan berkorban di dalam kalangan kaum muslimin. Membentuk dan menjaga persatuan serta kesatuan di kalangan kaum muslimin berarti menyingkirkan segala sesuatu yang mungkin menimbulkan perpecahan. seperti perbedaan pendapat tentang sesuatu yang sepele dan tidak penting, sifat mementingkan diri sendiri, sifat membangga-banggakan suku dan keturunan, sifat mementingkan golongan, sifat yang tidak berprikemanusiaan dan sebagainya. Cukuplah kaum muslimin merasakan penderitaan yang berat pada masa yang lalu, karena pendapat yang menyatakan bahwa orang-orang keturunan Arab itu lebih mulia dari orang-orang yang bukan keturunan Arab, mengakibatkan terjadinya pertentangan dan peperangan di kalangan kaum muslimin yang berbeda keturunan, yang pada hakikatnya bersumber dari semboyan itu.

Karena itulah dalam membina persatuan dan kesatuan, Allah memperingatkan dan memerintahkan kaum-muslimin menjaga dan mengatur shaf dalam salat dengan rapi, bahu membahu, tidak ada satu pun tempat yang terluang, karena tempat yang terluang itu akan diisi oleh setan, sedangkan setan adalah musuh manusia Tidaklah baik seseorang salat sendirian di belakang saf, kecuali dengan menarik ke belakang seorang yang berada dalam saf yang di depannya. Mengatur barisan dalam salat merupakan latihan mengatur barisan dalam berjihad di jalan Allah.
Kehidupan di dunia sejatinya merupakan peperangan antara kebenaran dan kebatilan. Perang antara para pengikut kebenaran dan pengikut kebatilan semenjak mulai nabi Adam as versus Iblis. Inilah logika dan aqidah yang harus melandasi para da’i dalam berdakwah. Dan puncak peperangan adalah perang fisik dan perang peradaban. Peradaban Materialisme dan Peradaban Islam akan terus menerus bersaing dan

Rabu, 11 Mei 2011

Justifikasi saya untuk kalian


Tiada awalan yang indah kecuali dengan Bismillahirohmanirohim. .
Rasa Takut tidak hanya mempengaruhi sisi rasa kita,
 tetapi tidak menguasai cita-cita kita (J.C.F. Von Schiller)
A drop of ink can move a million people to think

Quo Vadis teman-temanku semua, sehat ? semangat? OKelah.
Ini adalah sedikit ulasan mengenai Kuliah Kerja Nyata, atau dalam bahasa gaulnya, sering disingkat KKN. Sebuah tanggung jawab dan tugas yang mulia diberikan kepada mahasiswa dengan tujuan kedepan yaitu, peka dan bias menghadapi realitas kehidupan di masyarakat, setelah bertahun-tahun berkutat di dunia “intelektual” kampus. Mahasiswa adalaha Maha dan Siswa. Kata Maha disini berarti besar, tinggi dan Siswa itu sendiri adalah murid. Jadi mahasiswa adalah murid-murid yang sudah berumur dan cukup matang dalam segala hal, termasuk pemikiran danjuga dalam tindakan, yang diharapkan oleh khalayak umum sebagai generasi intelektual penerus bangsa atau Agent of Change. Setidaknya untuk dirinya sendiri, masyarakat/ lingkungan dan juga bangsa yang haus akan perubahan ini.  Itulah tanggung jawab moral yang diemban para mahasiswa dikampus-kampus yang katanya adalah gudangnya para intelektual. Deskripsi tekstualnya seperti itu, entah realitasnya??!!  Wallahualam Bishawab.
Kuliah Kerja Nyata sebentar lagi dimulai, mungkin akhir bulan ini (Juni awal) kami sudah mulai diterjunkan. Kelompok-kelompok kecil sudah dibentuk oleh Universitas. Terdiri dari atas mahasiswa di berbagai dari program sejati  (ilmu-ilmu non-kependidikan), dikumpulkan menjadi satu, masing-masing kelompok terdiri dari 10 orang. Dari disiplin ilmu yang berbeda-beda, latarbelakang, orang-orang yang berbeda pula. Saya mendapat kelompok KKN yang rencananya akan diterjunkan di Magelang. Awalnya sempat shock, kenapa harus magelang?!, sedangkan teman-teman satu jurusanku mendapat tempat di daerah Sleman. Bagaimana dengan kegiatanku-kegiatanku besok? Yang mungkin akan saya tinggal sejenak kurang lebih 2 bulan an.
Alhamdulillah, support yang diberikan seseorang yang saya cintai setelah Nabi Muhammad, yaitu orang yang melahirkan saya, “IBU”, sangat besar, katanya ,” Dihadapi le, jangan mengeluh, malah besok pengalamannya banyak le, kamu akan ketemu dengan lingkungan yang baru dan tantangan baru juga, ngono kui le, !. selain itu dukungan dari teman-teman sebatalionku, dalam berperang melawan penjajah (halah), dengan bercandaanya yang kocak, katanya,” sopo ngerti has, kowe entuk bojo wong kono, dipek mantu, entuk anake lurahe, !”, saya hanya tertawa, mereka ngomong tak berdasar alias ngacau !.
Selain itu saya juga pernah mendengar nasehat dan motivasi dari dosen saya, Prof. Dr. Husain Haikal, dia pernah berkata,”  jangan jadikan sebagai beban, tapi jadikan sebagai peluang, ini hidup anda, masa depan anda”. Menarik juga, ternyata brondongan nasihat dan motivasinya kepada kami ada hikmahnya, setidaknya mencerahkan perasaan saya yang sedang gelap, walau kadang kuliahnya saya bingung, mau dibawa kemana?? (maaf lho Prof). Terlepas dari itu semua, memang sudah sejak awal sudah saya ikhlaskan, saya serahkan sepenuhnya kepada Sang Pencipta saya, Tuhan penguasa alam semesta ini tanpa kecuali.
Rencana pertemuan kelompok KKN kami, yang dikoordinir oleh salah satu teman kelompok, sebut saja Mrs. X, dia sudah membuat sebuah grup “Senyawa KKN” di Facebook. Di grup ini kami saling beramah –tamah sekaligus pendekatan secara tidak langsung. Di sini juga kami diskusikan , kapan ngumpul perdana?. Akhirnya dipastikan jatuh pada tanggal 2Mei 2011, pukul 18.30 WIB di gedung rektorat. Dia menyebar SMS yang bunyinya seperti ini,
 “Temen2,. Semua :) jangan lupa yach, nanti jam 18.30 (habis maghrib) kumpul di Gedung Rektorat,. On time. .!! bagi yang telat bawa makanan., WAJIB. So jangan telat., xixixixix, matur nuhuun  .. :)”.
Pertama saya membayangkan , bagaiman bentuk teman-teman KKN ku ini?! teman-teman baruku ini, orangnya seperti apa dan mirip apa?. Maghrib tiba, setelah sholat di masjid kebanggaan UNY, masjid Mujahiddin, saya mampir dulu ke Islamic Book Fair, yang kebetulan saat itu sedang pameran. Dengan tujuan yang bercabang, pertama memang ingin membeli buku, dan tujuan utamanya adalah “men-telat-kan diri” dalam kumpul KKN tersebut. Alasannya biar lolos dari seleksi pemilihan pengurus inti dalam kelompok, yang kedua,” biar mirip Polisi India, dating terlambat, seperti superhero ditelevisi itu.
Pukul 19.00, saya datang kesana ternyata kumpulnya dipindah di depan UPT, perpustakaan pusat universitas. Setelah kumpul semua, walaupun ada yang tidak hadir, perkenalan secara langsung dimulai, hal yang paling saya benci sedunia, karena bias membuat kita mirip orang stress dengan salah tingkahnya. Pertama-tama saya amati muka mereka satu persatu, ternyata unyu-unyu / lucu-lucu juga, kocak dan asyik. Oh, ternyata si momok (pembentukan pengurus) tidak jadi dibentuk. Hari pertama lolos. Agenda pertemuan selanjutnya, yaiut pada hari sabtu tanggal 6 Mei 2011, jam 08.00 pagi, di Gedung rektorat. Terjadi pembentukan pengurus KKN, walaupun si Mr. Y tidak datang, karena dia adalah kandidiat terkuat presiden di kelompok kami. Ternyata oh ternyata, pagi yang cerah, burung-burung yang berterbangan kesana-kemari, ditambah ramainya rektorat di pagi hari, momok itu akhirnya menimpa saya. Menambah kegalauan pagi itu. Bismillah, saya ikhlas lah sudah dipercaya sama my little family (new). 
Terlepas dari itu semua, sebuah rangkaian perjalanan yang panjang, pergolakan seorang pengembara (halah!). saya ingin mendeskripsikan sedikit tentang teman-teman baruku ini, walaupun saya belum lama kenal dengan mereka. Kami berjumlah 10 orang, yaitu ada Afifi, Edo, Lala, Mada, Ardan, Arfan, Edwin, Winda, Dian, dan saya sendiri (hasby).
Si Afifi, orang indramayu tulen, dia adalah sang pelatih sepakbola. Orangnya agak gemuk dan pandai beretorika, kocak pula. Sang pelatih ini punya keahlian dalam mengatur massa, karena dia pelatih, mungkin kalau teamnya bandel bias dibacokin satu-satu , Lho??!!. Sedikit saya dengan teamnya sudah melanglang buana kemana-mana, mendapat juara II se Indonesia (katanya lho).
Si Edo, Pribadi yang berpenampilan menarik, pendiam dan murah senyum (saya bukan Homo lho !!!). si anak lascar pelangi inikatanya dia juga pelatih. Satu detasemen dengan Afifi. Kalau tim yang dilatihnya seperti apa saya kurang tahu, mungkin dirundung kekalahan atau kah sebaliknya (hehe).
Si Lala, dia adalah cewek berkalung sorban. Pemikirannya kadang memecah kebuntuan kami, pendapat-pendapatnya oke juga. Mingkin ini dampak dari kegiatan di luar kampus, organisasi atau apalah itu namanya. Si anak Klaten ini, paling tidak bias diganggu gugat untuk “hari sabtu dan ahad”, kenapa? Karena dia adalah mudikers ( mudik-mudik).
Si Mada, dia yang saya ceritakan di atas tadi sebagai pemeran dari Mrs. X, si Reog ponorogo ini punya kelebihan dalam menangkap (ayam, gajah, sapi, lhoh?!) pembicaraan. Dia diibaratkan seperti Oneng, orang bicara apa, dia jawabnya apa, atau lebih enaknya adalah the lemotters. Tapi jasanya juga besar, sebut saja dengan pahlawati. Dia yang berjasa mengkoordinir teman-teman satu kelompok.  
Si Arfan, si mahasiswa penerus Einstein ini mungkin bercita-cita membuat bom atom jilid II, dengan rumus E=MC3, maybe?, dia orangnya putih, kurus, pendiam dan raja idem.
Si Edwin, dia bukan kipper dari Manchester United, dia adalah sang Vokalis band tertentu, begitulah teman-teman menyebutnya. Dia sedikit pendiam, tapi kalau sudah ngomong bisa sampai keman-mana, semarang, bandung mungkin,,(halah!). orang yang selalu sibuk dengan rambutnya ini, mungkin bercita-cita menggondrongkan rambutnya sampai tanah, maybe lho ?! hehe
Si Winda, sebut saja dia seperti Dewi Sri nya kelompok kami. Dewi Sri adalah dewi kesuburan atau dewi padi, makanan yang mengandung banyak karbohidrat. Kenapa? Karena dia adalah orang yang dirampok oleh kelompok kami, suruh menyediakan upeti bekal survey lokasi besok. Dia sekarang adalah si penerang di saat keuangan kami gelap.
Si Dian, sebut saja sang pelaju, atau Touringers. Karena rumahnya jauh dan dilaju, seperti Ardan juga. Rupanya dia adalah magnum opus kekonyolan di kelompok kami, apa lagi diduetkan dengan si Mada, “the couple”, kekonyolan mereka mungkin bisa menghibur kami besok.
Dan terakhir, saya, hasby, mereka bilan saya mirip Vino G Bastian keprosok di comberan. Pokoknya saya adalah orang yang suka menabung dan menyanyi (walaaahh!!).
Demikian sedikit gambaran saya tentang gerakan kecil memasyarakat, yang akan berjuang bersama kurang lebih selam dua bulan kedepan. Dengan latarbelakang dan karakteristik yang berbeda-beda pula, deskripsi ini sangat subyektif, dan muncul spontan dari otak tengah saya, dan terkesan munjustifikasi mereka dan tak berdasar.. Terlepas dari itu semua, harapan saya semoga kekompakan, kebersamaan, dan kekeluargaan bisa kami jalin sebaik-baiknya. Walaupun baru kenal, tapi saya percaya pada komitmen mereka. Jauhkanlah dari segala masalah yang berarti, halangan yang merintangi, dan semoga selalu diberi kemudahan dalam langkah, gerak, dan perjuangan kami ke depan. Amin.
Negara antah berantah, 10 Mei 2011
Hasby Marwahid

Senin, 09 Mei 2011

The New History


Pada abad ke -19, historiografi lebih menekankan terhadap individu dan para elit. Sejarawan Barat yang terkenal sebagai bapak sejarah modern yaitu Leopold von Ranke. Berkat karyanya “ A Critique of Modern Historical Writers”. Sejarah moden juga dikenal dengan sejarah kritis karena menekankan kritik dalam penulisan sejarah. Hal ini berkaitan dengan perubahan dari penggunaan sumber sejarah lama (kronik) ke penggunaan ‘arsip resmi pemerintah.[1] Di sini sejarawan mulai menggeluti arsip dan mengembangkan teknik-teknik yang semakin modernuntuk menilai reability dokumen-dokumen arsip. Hasil kerja sejarawan berupa fakta-fakta obyektif, mereka berpendapat bahwa historiografi mereka lebih obyektif dan ilmiah dibanding dari pada para pendahulunya. Tugas sejarawan adalah memaparkan fakta-fakta sejarah secara kronologis dan logis, dengan meminimalkan intrepertasi.[2] Munculnya ilmu sejarah modern ada korelasinya dengan munculnya ilmu-imu sosial seperti sosiologi, antropologi dan lain sebagainya. Hal ini dimaksud untuk menandaskan bahwa ilmu sejarah sebagai ilmu tersendiri yang berbeda dengan disiplin ilmu ilmu-ilmu lain.
Dalam perjalanannya sejarah modern dikenal sebagai sejarah konvensional dikarenakan obyek kajiannya fokus pada sejarah politik yang mementingkan orang besar. Sejarah adalah sejarahnya orang besar atau great man in history.  Sebagaimana anak zaman, sejarawan pada waktu itu mengisi panggung sejarah hanya para pembesar, raja, negarawan, jenderal perang.[3] Sejarah konvensional adalah tulisan sejarah yang menekankan pada proses terjadinya suatu peristiwa. Di dalamnya sudah tercakup pertanyaan 5W+1H ( who, what, when, where, why, dan how). Sejarah konvensional bersifat diskriptif-naratif.

Kelompok Minoritas Kreatif


Het wonder is gescheld, insulide, de schoone slaaper is ontwaakt. “ suatu kejadian telah terjadi, insulide, putri jelita yang tidur itu telah bagkit” (Mr. Conrad Theodore van Deventer)


Toynbee yang bernama lengkap Arnold Joseph Toynbee lahir di London, Inggris pada tanggal 14 April tahun 1889. Ia merupakan sejarawan besar yang menulis buku monumental yang mengulas tentang peradaban manusia, A Study of history sejumlah 12 jilid antara tahun 1934-1961 yang menuliskan tentang sebuah metahistory  yang ada dalam peradaban yang mencakup kemunculan, pertumbuhan dan kehancurannya. Toynbee merupakan kemenakan dari seorang sejarawan terkenal Arnold Toynbee, di mana namanya dengan sang paman sering salah digunakan karena kemiripan nama. Toynbee memperkenalkan sejarah dalam kaitan dengan challenge-and-response. Peradaban muncul sebagai jawaban atas beberapa satuan tantangan kesukaran ekstrim, ketika "minoritas kreatif" yang mengorientasikan kembali keseluruhan masyarakat. Minoritas kreatif ini adalah sekelompok manusia atau bahkan individu yang memiliki "self-determining" (kemampuan untuk menentukan apa yang hendak dilakukan secara tepat dan semangat yang kuat). Dengan adanya minoritas kreatif, sebuah kelompok manusia akan bisa keluar dari masyarakat primitif.
Lihat : http://mas-tsabit.blogspot.com/2009/05/membedah-pemikiran-arnold-j-toynbee.html

Menarik setelah membaca tentang teori yang dipaparkan oleh Toynbee ini, dan ini saya dapatkan saat kuliah Filsafat Sejarah yang diampu oleh Prof. Dr. Ajad Sudrajad, M. Ag. Kemudian kalau dikorelasikan dengan sejarah Indonesia, terutama sejak awal abad ke 20. Dalam metode perjuangan yang sudah bisa dikatakan modern. Artinya, jika kita bandingkan dengan abad-abad sebelumnya terutama terletak dalam penggunaan “akal dan okol”. Ternyata kekuatan otak lebih maju daripada hanya dengan otot saja. Akan tetapi dalam melihat hal ini harus balance, karena dalam perjuangan (revolusi_red), tidak hanya otak saja, tetapi gerakan nyata juga harus ada. Akal untuk berfikir, menyusun strategi dan otot (tenaga_red) untuk bergerak mengaplikasikan hasil dari proses kerangka berfikir.

Masa-masa perlawanan fisik berubah keperlawanan non-fisik. Senjata tidak lagi menjadi panglima. Golongan intelektual mulai bermunculan lewat sistem bentukan pemerinah kolonial Belanda sendiri. Politik etis yang timbul karena kritikan dari kaum-kaum kritis di Belanda, seperti C. Th. Van Deventer yang dimuat dalam majalah The Gids tahun 1899, berjudul Een Ereschuld (Debt of Honour) atau hutang kehormatan. Politik etis mencakup tiga hal (trias), yaitu irigasi, migrasi, edukasi. Secara tekstual memang bertujuan mensejahterkan pribumi, tapi dalam aplikasinya tidak jauh-jauh dari kepentingan yang diusung oleh kolonial Belanda sendiri. Misalnya dalam bidang pendidikan, hal ini bertujuan untuk menciptakan pegawai-pegawai

Minggu, 08 Mei 2011

APANAGE dan BEKEL (Perubahan Sosial di Pedesan Surakarta 1830-1920)


Pada tahun 1830 dimulai tanam paksa dan tahun 1870 dikeluarkanya Undang-Undang agraria oleh pemerintah kolonial. Undang-Undang agraria memberikan kebebasan bagi pihak swasta untuk menanamkan modalnya. Sejak tahun 1830 di Vorstenlanden berkembang perusahaan perkebunan. Baik tanam paksa maupun perusahaan perkebunan memerlukan lahan yang luas. Di karisedenan Surakarta tanah yang luas dan subur adalah tanah apanage ( tanah apanage atau tanah lungguh adalah tanah jabatan sementara, sebagai upah atau bgaji seorang priyayi atau bangsawan. Tanah apanage dapat dieksploitasikan sehingga dapat menghasilkan pajak yang berupa uang, barang ataupun tenaga kerja ). Kepemimpinan seorang bekel ( mula-mula para cikal bakal atau primus interpares yang berhasil membuka tanah desa disebut pimpinan desa. Oleh karena ia bertugas membagi-bagikan tanah desa itu untuk calon penggarap, ia kemudian disebut kepala desa. Setelah adanya apanage diangkatlah seorang bekel dari kepala desa tersebut yang bertugas sebagai penebas pajak. Sedikit demi sedikit bekel di beri kekuasaan sebagai kepala desa sehingga kemudian perananya berubah dari penebas pajak menjagi pemegang kekuasaan di desa ). Diperlukan sekali bagi kehidupan sosial di tanah apanage.
            Di daerah karisidenan Surakarta di dalam proses perubahan sosial, terkait perubahan peranan bekel pada tahun 1830-1920. pada tahun 1830, setelah perang diponegora berakhir, terbuka fase baru bagi perusahaan perkebunan untuk mengusahakan komoditas ekspor bagi pasar Eropa. Dalam rangka perluasan perkebunan banyak tanah apanage disewa dari para patuh atau pemegang hak tanah apanage ( apanage houder ). Didalam masyarakat tradisional mereka menguasai tenaga kerja di tanah apanagenya. Akan tetapi

Sabtu, 07 Mei 2011

Antara kebutuhan ataukah tuntutan

pasca lulus dan menamatkan kuliah strata satu, pikiran kita kemudian melayang, antara langsung mencari pekerjaan atau melanjutkan kuliah ke jenjang selanjutnya. melihat realitasnya bahwa lulusan strata satu (S1) baik berasal dari program studi/ disiplin ilmu apapun pasti terdapat saingan yang teramat ketat. karena hidup ini adalah kompetisi, siapa yang kuat dia yang menang. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, dalam segala bidang, dan adanya globalisasi menyebabkan tuntutan yang harus dipenuhi menjadi tinggi. artinya lulusan strata satu semakin banyak, dan pekerjaan semakin memperketat dan mengandalkan kompetensi.

Selain tuntutan pekerjaan, prestis yang didapat seorang magister menjadi tinggi.Maksudnya persepsi masyarakat juga menjadi lain dalam memandang mereka. semakin tinggi strata pendidikan seseorang, semakin tinggi pula apresiasi yang diberikan. karena mereka juga mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih pula. namun hail ini tidak serta-merta dalam menilai menjadi "saklek", ada pula dalam realitasnya, tak jarang mereka yang lulusan S1 semisal, punya tingkat kemampuan yang lebih banyak daripada yang diatasnya karena usaha dan perjuangannya dalam mencari ilmu. Maka dari tulisan saya yang entah mau di bawa kemana ini, saya punya sebuah kesimpulan, " semakin tinggi tingkat keilmuan kita, semakin tinggi pula penghargaaan terhadap ilmu tersebut. Kualitasnya juga semakin bermutu pula. harapannya, dengan kesadaran sebagai seorang intelektual, mampu membangun peradaban menjadi lebih beradab.

Sebenarnya, maksud tulisan saya ini tentang sekolah S2 yang semakin menjadi incaran. "antara kebutuhan, tuntutan, ataukah prestis". Di karenakan, sekarang lulusan S1 sudah banyak, dan S2 menjadi incaran selanjutnya. saya pernah membaca sebuah artikel di surat kabar (pers mahasiswa) berjudul "universitas penghasil intelektual, ataukah penambah pengngguran ?", Miris sekali mendengarnya.Ini sebagai pengingat diri saya sendiri dan juga teman-teman semua, mari kita coba menghadapi realitas yang ada, jangan terlalu "ternina bobokan" oleh keadaan. Sudah saatnya kita bergerak, sebagai generasi penerus yang berakhlak, berintelektual untuk menuju bangsa yang berkarakter. amin

hasby marwahid/ 08 mei 2011/ 3:53 AM.

opini saya tentang kebudayaan indonesia

Apa yang ada dalam benak pikiran kita jika mendengar kata “ Indonesia Negara Kepulauan?” Secara otomatis langsung muncul bahwa Negara kita Indonesia adalah Negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau. Indonesia memiliki sekitar 17.000 pulau. Setiap pulau memiliki keadaan geografis yang berbeda-beda. Sehingga, usaha untuk pemenuhan kebutuhan pun tidak sama pada setiap pulau. Bangsa kita memiliki kurang lebih 742 bahasa daerah, 33 pakaian adat dan ratusan tarian adat. Tidak dapat dipungkiri jika kekayaan kebudayaan kita memiliki daya tarik bagi wisatawan asing.
Bebicara soal kebudayaan Indonesia yang diklaim oleh saudara serumpun kita, yakni Malaysia. Memang sudah berkali-kali kebudayaan kita telah diklaim oleh Malaysia, seperti beberapa motif batik, alat musik traditional angklung, dan lagu daerah Rasa Sayange, Reog Ponorogo dan yang masih hangat dalam berita akhir-akhir ini dan hampir kita kecolongan adalah tari pendet dari Bali. Dan yang paling menyedihkan, bukan hanya diklaim saja, tapi sudah ada yang dipatenkan. Permasalahan pencurian kebudayaan bukanlah perkara yang mudah, buktinya pemerintah tak kunjung juga dapat menyelesaikan permasalahan budaya lainnya. Karena tak dapat dipungkiri untuk mematenkan suatu kebudayaan diperlukan dana yang sangat besar. Namun kebudayaan adalah aset yang sangat berharga yang di wariskan oleh nenek moyang kita. Apa kita mau kehilangan semua itu?
Masyarakat Indonesia berbondong-bondong mengecam hal tersebut dengan berbagai macam cara, mulai dari demo-demo kepada Malaysia dan pemerintah Indonesia. Memang hal itu juga wajib dilakukan sebagai bentuk nasionalisme kita dalam rangka menjaga asset-aset bangsa ini. Yang menjadi masalah sekarang adalah, kenapa masyarakat kita baru beramai-ramai mengecam hal itu setelah terjadinya peng’Klaim’an oleh pihak Malaysia?!. Seandainya pencurian budaya ini dibiarkan saja dan tidak ditangani secara serius, bisa jadi lama-kelamaan asset kita satu persatu diambil oleh Malaysia dan bisa jadi oleh pihak-pihak lain.
Untuk melindungi kekayaan budaya kita dan mengantisipasi hal-hal seperti itu terjadi lagi, mungkin bisa dilakukan kebijakan-kebijakan tertentu oleh pemerintah , seperti UU lebih diperjelas dan diperketat, membuat arsip-arsip semacam dokumen-dokumen, yang lebih detail. Bukan hanya promosi kebudayaan Indonesia di luar negeri saja yang digalakkan untuk tujuan pariwisata. Harus lebih diseimbangkan, karena itu juga budaya kita, milik kita, milik bangsa Indonesia dan juga sebagai bukti kepada dunia Internasional bahwa ini Lho, kebudayaan Indonesia!!.
Dengan demikian, Indonesia sudah siap jika sewaktu-waktu ada pihak luar mencoba meng’klaim’nya milik kita karena kita sudah punya bukti yang kuat. Memang Indonesia dan Malaysia adalah Negara satu rumpun. Memamg sekilas nampak ada kemiripan dalam berbagai bidang, tetapi dalam hal kebudayaan ,pasti mempunyai perbedaan. Sebagai contoh, yang paling dekat saja, batik di Jogja berbeda dengan batik di Solo. Jadi yang letaknya dekat, satu Negara, memiliki perbedaan, apalagi yang berbeda Negara. Menurut Kuntowijoyo, kebudayaan mempunyai tiga wujud, yaitu ; yang pertama, masih berupa ide-ide. Maksudnya masih terdapat dalam alam pikiran manusia itu sendiri dan sifatnya abstrak. Yang kedua, adalah berupa aktivitas. Maksudnya adalah terdiri dari aktivitas manusia yang saling berinteraksi antara satu dengan yang lain dalam waktu yang terus bergulir dan sesuai dengan tatanan adat kelakuan. Dan wujud yang ketiga adalah berupa hasil karya. Maksudnya adalah kebudayaan fisik/ hasil fisik dari seluruh perbuatan aktivitas dan karya semua masyarakat dan bersifat paling konkret. Wujud yang terakhir ini adalah yang selama ini kita perdebatkan dan kita pertahankan dari usaha “pencurian” dari pihak luar, khususnya Malaysia.
Disini saya tidak mencari mana yang salah dan mana yang benar. Ini kembali ke masyarakat Indonesia, khususnya diri kita masing-masing. Alangkah baiknya kita mau mempelajari /mengkaji secara langsung tentang kekayaan budaya bangsa ini, mulai dari tari-tarian, lagu, bahasa dll. Tetapi seandainya dibuat polling, pasti ada sebagian dari kita enggan bahkan tidak tertarik dengan budayanya sendiri. Sebagian besar generasi muda Indonesia lebih tertarik pada kebudayaan luar. Misalnya saja, dalam hal musik. Peminat musik modern (pop, rock, jazz, metal, R&B) jauh lebih banyak dibandingkan dengan peminat musik tradisional. Di televisi kita dapat dengan mudah melihat sinetron dan film adopsi budaya barat dan apa yang dtampilkan di televisi tersbeut lebih kita sukai ketimbang ketoprak, ludruk, wayang yang saat ini keberadaan kesenian-kesenian itu jarang kita temukan.
Orang asing, khususnya orang Eropa, Amerika dll, mereka sangat tertarik dengan keanekaragaman budaya kita, bahkan meraka ikut terjun langsung untuk mempelajari budaya Indonesia. Contohnya, para orang-orang “Bule” itu belajar tari-tarian, belajar memainkan alat-alat music, dsb. Bisa jadi besok waktu yang akan datang, banyak orang-orang luar Indonesia mahir memainkan tari-tarian kita, mahir menyayikan lagu-lagu daerah kita (tembang-tembang) dan lincah memainkan alat music tradisional milik kita, sedangkan kita hanya bisa melihat tercengang sambil bertepuk tangan. Ini disebabkan dari kurang minatnya kita mempelajari budaya kita, ataukah peran dari pemerintah yang tidak secara tegas menggalakkan pelestarian budaya karena sudah terggerus dengan kebudayaan luar, percampuran budaya. Globalisasi dsb. Sehingga masyarakat kita nampaknya tidak mengetahui, bahwa sesungguhnya bangsa ini adalah bangsa yang kaya dengan budaya. Sekarang sebagai contoh yang sederhana saja, bila kita bertanya pada anak-anak kecil, siapa itu gatot kaca? Ataukah siapakah ande-ande lumut atau malin kundang ??sebagian dari mereka pasti ada yang hanya bengong dan tak mengerti apa yang kita maksud, seolah pertanyaan yang tidak ada jawabannya. Tetapi berbeda jika kita bertanya pada anak-anak tersebut, siapakah itu NARUTO?? Pasti mereka akan sanga detail sekali menjelaskan kepada kita.
Tetapi ada cara lain yang bisa juga dilakukan oleh kita, yaitu bukan mempelajari budaya-budaya yang ada di negeri ini secara langsung, tetapi kita hanya cukup mengerti dan menginterpretasikan tentang kekayaan negeri ini khususnya dalam budaya. Kita hanya cukup mengerti, dari mana? bagaimana? Seperti apa? Macam-macam budaya kita. Sebagian dari kita mungkin ada yang tidak tahu-menahu tentang hal ini. Contohnya bila kita bertanya atau ditanya, dari mana tari serimpi, tari serampang 12 berasal? Atau lagu oh inani keke, tokecang, bubuy bulan berasal , dan lain sebagainya. Masih banyak sekali kesenian-kesenian negeri ini yang belum terekspose oleh public. Jadi kesimpulannya adalah bagaimana cara supaya kita mengerti, dan bagaimana cara supaya kita merasa bangga dengan kekayaan budaya negeri ini. Bukan hanya hujatan saja yang keluar saat milik kita (budaya) diklaim oleh pihak lain. Mungkin bisa dikatakan kita benar-benar kecewa dan marah atas kejadian ini ataukah kita hanya ikut-ikutan terbawa arus opini public dan tidak tahu akar masalahnya karena sebagian dari kita senang menghujat??!! Masyarakat yang belum begitu bangga dan menghargai karya seni dari bangsa ini. Budaya harus dipertahankan, karena budaya merupakan identitas bangsa. Kalau kita tidak mengenali identitas diri sendiri, kita bagai orang hilang yang berada di tengah-tengah keramaian, karena mengenal diri sendiri, berarti kita mengenal potensi dari diri kita khususnya Indonesia. Agar masalah pencurian kebudayaan tidak terulang lagi, kita harus benar-benar menjaga, melestarikan dan menanamkan rasa cinta terhadap kebudayaan dari generasi ke generasi. Selain itu, kita juga harus menghargai para seniman yang bersusah payah untuk mempertahankan kebudayaan kita. Tunjukan bahwa kita bangsa yang besar, bukankah “Bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat menghargai kebudayaanya sendiri. Dengan harapan, kedepan, sejarah pencurian budaya tidak terulang lagi ! amin .
Jayalah bangsaku . masyarakat adil, makmur, tentram, dan berbudaya . basmi korupsi yang merugikan Negara dan terutama rakyat. . MERDEKA dari segala bentuk penjajahan . .penjajahan di bidang EKONOMI yang membunuh kita perlahan lahan . memang Negara kita sudah merdeka secara hukum (statusnya) tapi kita sedang mendapat ancaman yang sungguh mengerikan . para koorpotokrat baik asing maupun dalam negeri, hati-hati dengan mereka . tinjau ulang perjanjian-perjanjian dengan AS dan sekutunya . perjanjian yang sungguh menjerat . .yang mereka kejar hanyalah profit, profit dan profit . .hidup mereka didedikasikan untuk UANG dan kekuasaan . .mari kita tingkatkan NASIONALISME kita dalam segala bidang!! . sekali lagi . .jayalah bangsaku . .AMIN

mari kita renungi lagi maknanya.

Lyiric Lagu Hymne Guru

Terpujilah wahai engkau
ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup
dalam sanubariku

Semua baktimu
akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti
terima kasihku tuk pengabdianmu

Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot (pahlawan bangsa…
tanpa tanda jasa)*

* sekarang dirubah menjadi patriot pahlawan pembangun insan cendekia,

menarik sekali, saya mengetahuinya setelah saya browsing dan menemukan ini,
orang yang mendapat predikat pahlawan adalah :

Peraturan Presiden No 33 tahun 1964 pasal 1 :

Yang dimaksudkan dengan "Pahlawan" dalam peraturan ini yalah:

a. Warga Negara Republik Indonesia yang gugur atau tewas atau meninggal dunia karena akibat tindak kepahlawanannya yang cukup mempunyai mutu dan nilai jasa-perjuangan dalam suatu tugas perjuangan untuk membela Negara dan Bangsa;

b. Warga Negara Republik Indonesia yang masih diridhoi dalam keadaan hidup sesudah melakukan tindak kepahlawanannya yang cukup membuktikan jasa-pengorbanan dalam suatu tugas perjuangan untuk membela Negara dan Bangsa dan yang dalam riwayat hidup selanjutnya tidak ternoda oleh suatu tindak atau perbuatan yang menyebabkan menjadi cacad nilai perjuangan karenanya.

dalam tulisan lain menyatakan bahwa kriteria pahlawan nasional :

* harus warga negara Indonesia, yang sudah memiliki gagasan atau telah berjuang di bidang politik atau bidang lain, yang punya dampak nasional.
* berjuang sepanjang hidupnya [dari dewasa sampai meninggal harus dalam keadaan berjuang].
* harus memiliki moral dan akhlak yang tinggi.
* tidak pernah menyerah kepada musuh di dalam perjuangannya.
* harus konsisten dalam semangat kebangsaan atau nasi onalisme.
* tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dapat merusak perjuangannya.

sumber : ( http://tanyasaja.detik.com/pertanyaan/47689-kriteria-pahlawan-nasional )

petani sang pahlawan ( menghargai seusap nasi yang kita makan )

kehidupan para petani indonesia sering kali sangat menyedihkan.
jika kita lihat perjuanngannya dalamm mencari kehidupan yang baik.
pagi-pagi buta mereka sudah bangun dan bersiap untuk pergi ke sawah.
menyiangi rumput-rumput yang sudah tumbuh di antara tanaman mereka.
supaya tidak mengganggu proses pertumbuhan tanamannya tersebut.
apalagi kalau musim tanam tiba, panas terik matahari tidak mereka perdulikan.
membajak sawah dengan sapi, kalau sekarang sudah banyak traktor.
itu biasannya dilakukan dengan suruhan orang untuk membajak, mungkin bisa dilakukan dengan usaha sendiri.
setelah proses pembajakan sawah selesai, barulah memulai menanam, entah padi, jagung, sayuran dan lain sebagainya.
biasanya mereka lakukan dengan bergotong royong.
setelah masa tanam usai, mereka tinggal mengeceki saja,
menyiangi, mengairi, dan lain sebagainnya. itu tiap hari mereka lakukan.
bila musim hujan tiba, kita sering lihat di televisi, di daerah-daerah yang rawan banjir.
sawah mereka terendam banjir, padi-padi mereka tergenang.
biasannya mereka panen lebih awal supaya padi mereka tidak busuk.
kemudian padi-padi mereka di taruh ditempat yang aman, di tempat kerabatnya yang daerahnya tidak kebanjiran.

tapi ketika musim kemarau tiba, masalah pengairan, mereka kadang sering berebut untuk mendapatkan air.
kadang cekcok pun tak bisa dihindari.
dalam keseharian mereka para petani tidak memperhatikan siang maupun malam. badan yang sudah lesu mereka tak pedulikan.
kadang malam hari mereka mengairi sawahnya, dan biasaya mereka tunggu di sawah samapai pengairan di sawahnya penuh.
samapai pagi,dan paginya mereka pulang sebentar habis itu berangkat ke sawah sampai siang hari.
mereka juga rajin menyemprot pestisida agar padi-padi mereka tumbuh dengan baik tanpa serangan hama-hama.
dan juga tidak lupa mennyebarkan pupuk tiap berapa minggu sekali.
siang biasanya merupakan waktu yang tepat untuk mereka beristirahat dari lelahnya badan dan panasnya hari.
sorenya mereka kembali ke sawah.
tapi jika merreka punya ternak, waktu itu mereka habiskan untuk mencari pakan ternak sapi atau kambing mereka.
jadi bisa dipastikan waktu istirahat mereka sangat sedikit sekali.
tapi bila padi mereka sudah menjelang panen, mereka biasanya tetap menunggu di sawah.
menjaga padi-padinya dari serangan burung-burung yang memakannya.
dengan teknik-teknik orang-orang sawah dan lain sebagainya.
sekali lagi ganasnya cuaca siang hari tidak mereka pedulikan.

musim panen tiba.
mereka bergotong royong untuk membabat padi-padi mereka.
setelah dibabat, padi yang masih bersama dengan batang dan daunya di bersihkan (sebLakke : dalam bahasa jawa)
mereka juga bergotong royong, entah itu dari pagi sampai sore hari, kalau belum selesai mereka lanjutkann lusa.
setelah itu padi-padi itu mereka jemur berhari-hari sampai kering.
tak cukup 1 sampai 2 hari padi mereka kering.
itu semua kenmbali lagi akan baik buruknya cuaca.
jika panas tiap hari mungkin padi mereka akan cepat kering.
tapi apabila mendung atau bahkan hujan, ini ceritannya akan lain lagi.
padi-padi mereka jemur.mereka akan setia menungguinya dari gangguan burung-burung atau ayam yang memakannya.
mereka juga harus tetap terjaga, kalau-kalau tiba-tiba hujan datang.
setelah padi mereka kering, penggilingan padi mereka dilakukan.
sekarang jaman sudah modern.
dahulu hal itu mereka lakukan dengan lesung.
jadi dengan cara padi-padi yang masih kuning itu mereka tumbuk di dalam lesung.
sekarang tinggal digiling dengan mesin.
setelah proses penggilingan usai (biasannya tidak semua padi mereka giling, biasannya masih disisakan untuk disimpan di gudang.
dan untuk konsumsi mereka sendiri.
padi-padi yang sudah menjadi beras tersebut mereka jual ke konsumen ( toko-toko, maupun tengkulak)
proses penjualan ini sering kali menyesuaikan harga pasar yang sedang berlangsung.
kadang-kadang padi mereka dihargai dengan murah.
semua itu mereka lakukan walaupun murah.
walau hanya menuai untung yang sangat sedikit dikarenakan oleh kejamnya pasar dan pemerintah.
ini semua rela mereka lakukan karena mau-tidak mau harus mereka turuti.
biaya yang mereka dapa digunakan bermacam-macam.
ada yang untuk biaya sekolah, untuk membayar hutang dan untuk biaya kehidupan sehari-hari.
kadang biaya yang mereka peroleh tidak sebanding dengan perjuangan mereka.
tapi itu adalah mata pencaharian utama mereka.

makan pokok orang Indonesia, kebanyakan adalah nasi.
karena nasi ini mengandung banyak karbohidrat.
dan sangat enek apabila itu dipadukan dengan lauk pauk dan sayur mayur.
jika kita lihat, kehidupan kita sehari.
nasi yang tiap hari kita makan adalah buah dari perjuangan petani kita.
tapi kita sering tidak mempedulikan hal tersebut.
betapa letihnya para pahlawan kita ( petani) dalam mengolah padi hingga menjadi beras.
dan nasi yang tiap hari kita makan.
kita kadang-kadang dalam hal makan masih banyak menyisakan nasi tersebut dan sering kita buang dengan begitu saja.
dengan alasan lauk tidak enak dan sebagainya.
ini realita yang tidak asing lagi bagi kita.
kita harus berterimakasih pada mereka.

harusnya pemerintah memperjuangkan nasib-nasib para penerus hidup kita!!
dengan berbagai cara.
karena ini merupakan mata pencaharian mayoritas penduduk pedesaan.
kenapa pemerintah masih saja melakukan impor beras??
apakah petani kita sudah tidak mampu memproduksi beras lagi untuk kebutuhan negara ini?
kenapa pupuk masih saja sulit ditemui dalam peredarannya?
kalau begini terus bagaimana Indonesia bisa jadi macan asia??
dimana slogan SWASEMBADA PANGAN yang dulu didengungkan?
harus ada komunikasi yang lebih dekat antara petani dan pemerintah.
tidak hanya slogan-slogan dan janji-janji belaka.
supaya nasib mereka tidak terkatung-katung lagi.
mereka pelangsung hidup kita.
saya bukan ingin menyalahkan pemerintah .
dan saya mengingatkan untuk lebih menghargai seusap nasi yang sehari-hari kita makan.'
dengan mengingat perjuangan mereka yang tak kenal lelah dan tak terbantahkan susahnya.

jangan pernah mengaggap rendah suatu pekerjaan.
karena semua itu ada korelasinya.
dengan adanya petani, maka kita dapat memakan nasi.
coba kalo tidak?! saya tidak bisa membayangkan.
tulisan saya bukan untuk mengajak pembaca untuk terus menjadi seorang petani.
melainkan untuk menghargai jasa mereka..
raihlah cita-cita kita setinggi langit..
selagi kita masih muda dan semoga diberikan oleh Allah kesempatan hidup untuk menggapainya..
demikian, tulisan ini saya buat sebagai bahan renungan dan membuka mata kita .
mohon maaf bila ada salah kata yang kurang berkenan .
mohon kritik saran yang membangun .
supaya kelak saya bisa menghasilkan tulisan yang lebih cerdas..
terimakasih . .thank you . bedank je well .

Globalisas !! pragmatisme ataukah tuntutan ?


Dampak Positif
a. Perubahan Tata Nilai dan Sikap
Adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang semua irasional menjadi rasional.
b. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju.
c. Tingkat Kehidupan yang lebih Baik
Dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih merupakan salah satu usaha mengurangi penggangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Dampak Negatif
Dampak negatif modernisasi dan globalisasi adalah sebagai berikut.
a. Pola Hidup Konsumtif
Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada.
b. Sikap Individualistik
Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial.
c. Gaya Hidup Kebarat-baratan
Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia
. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-lain.
d. Kesenjangan Sosial
Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial.
semoga bermanfaat
sumber : klasifikasi sendiri, bacaan dari berbagai sumber..

hasby marwahid / 08 mei 2011 / 1:42 AM