Kamis, 25 April 2013

Negara Iron Man


Karya Arrachmano Dharmesta*
Sungguh ironman dengan fantastic 4 bersatu menghancurkan amin rais yang saat ini sedang bersekutu dengan gatotkaca dan gundala, dan tibalah saatnya pertempuran itu terjadi datanglah jagoan neon yang seakan memberi pencerahan pada mereka yang sedang bersitegang, sehingga tercapailah perdamaian yang disaksikan oleh kura-kura ninja. dan akhirnya mereka semua masuk islam. Dan mereka semua bersatu menjadi sebuah geng yang dinamakan anak sholeh.
Entah kenapa tulisan ini tidak atau belum terselesaikan, kita tunggu kelanjutannya.

*Mahasiswa UGM, Motivator handal, dan cah anti galau se asia tenggara. Seorang mahasiswa tingkat akhir yang sedang berjuang keras merampungkan studi sarjana strata satu.

Sejarah dan Korupsi


Permasalahan tentang korupsi memang menjadi permasalahan pelik di setiap bangsa. Apalagi kepada sebuah bangsa yang baru berkembang seperti Indonesia. Runtuhnya rezim orde baru yang di motori oleh Soeharto tahun 1998 seakan membuka pintu baru bagi masa depan Indonesia yang bersih dari praktik-praktik korupsi. Kita tahu bahwa 32 tahun sejak orde baru bergulir, tampuk kekuasaan seluruhnya dipegang oleh Soeharto dan sekutu-sekutunya. Rezim yang begitu kuat dan mengakar dari jajaran pusat sampai tataran bawah, begitu sangat terasa sekali pengaruhnya. Pesta demokrasi seperti pemilu seperti hanya formalitas belaka, pasalnya pasti mereka (rezim) yang menang. Orde baru atau yang biasa dikenal dengan orde pembangunan tidak terlihat punya visi misi yang jauh kedepan, dalam artian lintas generasi, namun hanya satu generasi saja. Rusaknya sumber daya alam, kehidupan politik yang sarat perkoncoan, kekeluargaan, dan lain sebagainya sangat terlihat jelas di mata masyarakat Indonesia. Kini tabir reformasi telah bergulir selama 15 tahun, tapi praktik-praktik kotor (korupsi-red) masih saja menghiasi layar kaca, dan media cetak kita semua. Ada apa ini? Apakah korupsi tidak bisa diberantas?

Kamis, 21 Maret 2013

Dinamika Islam Masa Jepang 1941-1945


Oleh : Hasbi Marwahid

Berita pecahnya perang dengan penyerbuan Negeri Belanda oleh tentara Jerman pada tanggal 10 Mei 1940 disambut di seluruh Indonesia dengan rasa simpati kepada bangsa Belanda disertai pernyataan kesediaan untuk kerja sama agar usaha dapat ditingkatkan. Pada umumnya Indonesia menyadari bahwa dengan jatuhnya Negeri Belanda ke tangan Jerman, Indonesia mempunyai kedudukan dan peranan penting di dunia internasional. Persepsi kaum nasionalis mengenai situasi tersebut adalah bahwa dengan sikap moderat, dan kemauan bekerja sama dengan Pemerintah Hindia Belanda, usul untuk mengadakan perubahan ketatanegaran dan penentuan nasib sendiri dapat direalisasikan.
Bahwasanya ide tersebut memang sesuai dengan situasi zaman, terbukti jelas dari isi pidato Ratu Wilhelmina tahun 1941 dan isi Piagam Atlantik pada tahun yang sama. Sekutu memproklamirkan Piagam Atlantik, sehingga secara disengaja atau tidak, memberikan harapan kepada bangsa-bangsa yang hidup dalam penjajahan untuk menuntut hak menentukan nasib sendiri. Namun, ternyata Pemerintah Hindia Belanda beranggapan bahwa pada saat itu bukan waktu yang tepat untuk membicarakan percobaan politik yang baru. Bahkan pelakuan pun sangat keras terhadap kaum pergerakan di Indonesia. Pemerintah memproklamirkan bahwa Hindia Belanda berada di bawah undang-undang keadaan darurat perang dan segala rapat-rapat politik, baik yang bersifat umum dan tertutup juga dilarang.[1]
Pecahnya Perang Asia Timur Raya dimulai dengan tindakan Jepang menyerang pangkalan laut Amerika Serikat, Pearl Harbour pada tanggal 8 Desember 1941. Selain itu, serangan Jepang terhadap daerah-daerah kekuasaan milik sekutu yang berada di selatan, yakni Asia Tenggara, dipusatkan pada Singapura dan Jawa.[2] Pada saat itu Singapura adalah pusat kekuasaan Inggris di Asia Tenggara, sedangkan Jawa adalah pusat kekuasaan Belanda. Wilayah Asia Tenggara adalah daerah yang kaya dengan bahan-bahan mentah, seperti karet, beras dan minyak bumi. Hal ini sangat berguna untuk Jepang dalam upaya memanfaatkan bahan-bahan mentah tersebut untuk keperluan memenangkan perang.

Senin, 04 Maret 2013

Ironi Sebuah TOA

Sebuah speaker atau yang lebih dikenal dengan TOA rupa-rupanya memiliki banyak sekali manfaatnya. Salah satunya untuk masjid. Biasanya TOA ini digunakan di masjid-masjid untuk mengeraskan suara, baik suara adzan, pengumuman informasi baik lelayu maupun informasi penting lainnya, ataupun saat adanya kegiatan pengajian berlangsung. Tujuannya supaya suara tersebut terdengar di saentero wilayah kampung atau daerah disekitaran masjid. Utamanya adalah menunjukkan waktu shalat segera dimulai. Adzan, begitu adzan dikumandangkan, suara begitu keras tersebut menggugah masyarakat untuk segera bergegas menuju kemasjid untuk melaksanakan shalat berjamaah.
Sejarahnya, dulu pada zaman Islam era Rosulullah, adalah Billal bin Rabbah yang ditunjuk menjadi tukang adzan (muadzin/modin) karena suaranya yang keras. Suara yang keras tersebut  menggugah kaum muslimin untuk menghentikan aktfitas sejenak dan melaksanakan shalat. Seiring berkembangnya zaman yang terus maju, tekhnologi terus melakukan inovasi. Di Jawa misalnya,  setelah adzan dikumandangkan, kemudian diikuti dengan bunyi kentongan atau bedug yang bertalu-talu. Namun, setelah ditemukannya pengeras suara modern, TOA mulai diadabtasi di masjid-masjid karena dinilai efektif untuk mengeraskan suara modin yang masih manual.

Minggu, 10 Februari 2013

Aku (nya) Chairil Anwar


Kalau sampai waktuku

‘Ku mau tak seorang kan merayu

Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang

Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku

Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari

Berlari

Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

Maret 1943


Sumber : Chairil Anwar, Aku Ini Binatang Jalang ; Kumpulan Puisi, (Jakarta : Gramedia, 1993).

Puisi yang menurut saya memendam sebuah makna yang mendalam, dan sangat menginspirasi..

Munggur, Yogyakarta
11 Februari 2013


Hasby Marwahid

Jumat, 01 Februari 2013

Pelajar dan Degradasi Moral

“Belajar adalah rekreasi terbesar dalam hidupku”
            Sebuah potongan kata indikasi tujuan bagi para pelajar yakni belajar. Pelajar dan belajar menjadi satu rangkaian yang “harusnya” tidak dapat dipisahkan. Belajar mempunyai makna yang cukup luas, bukan hanya sekedar tentang mengerjakan pekerjaan rumah (PR), menuntut ilmu dengan rutinitas sekolah, berorganisasi, membaca buku dan sebagainya, akan tetapi merujuk kepada yang lebih dalam, belajar memaknai hidup. Jika hal tersebut tidak di pikirkan secara filsafati, mungkin bisa menjadi bias dan kehilangan makna. Mencoba mengartikulasikan makna pelajar yang sebenarnya dengan segala dinamikanya yang semakin hari menguap terdegradasi seiring berlalunya jaman.

Senin, 21 Januari 2013

Banjir yang Menyejarah


                Tayangan televisi pada akhir-akhir ini sedang marak menyuguhkan berita tentang banjir di mana-mana, khususnya di ibukota Indonesia, Jakarta. Mulai dari pusat kota, pinggiran sungai, sampai istana kepresidenan pun tidak luput dilanda banjir. Kondisi tersebut menimbulkan efek yang begitu mendalam, seperti pengungsian, jalanan macet sampai pada aktifitas perekonomian yang hampir “mandek”. Jalannya pemerintahan pun juga terancam terganggu dengan adanya musibah rutin musiman ini. Tidak bisa kita pungkiri, banjir selalu dan selalu saja seperti menjadi hal yang wajar terutama di ibukota.
                Kita sering melihat, bagaimana pemerintah selalu mencarikan solusi untuk musibah rutin musiman ini. Pergantian pemimpin dari waktu-kewaktu ternyata belum juga mampu mengurangi sampai menuntaskan tragedi banjir. Kondisi tersebut membuat kita menjadi prihatin atas keseringan musibah yang berdampak

Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah (Latar Belakang Sejarah)


Oleh : Hasbi Marwahid
            Pada periode Ki Bagus Hadikusuma (1950-1953), Muhammadiyah telah berhasil membentuk Muqadimah Anggaran Dasar. Ki Bagus Hadikusuma  melihat betapa pentingnya rumusan Mukadimah bagi sebuah anggaran dasar, sebab dalam Mukadimah ini akan memberikan gambaran kepada dunia luar tentang pandangan hidup serta tujuan luhur yang dicita-citakan oleh Muhammadiyah. Sebenarnya, hasil rumusan Ki Bagus Hadikusuma tentang Mukadimah ini pertama kali diperkenalkan dalam Muktamar Darurat tahun 1946. Selanjutnya pada Muktamar ke-31 di Yogyakarta tahun 1950, konsep Mukadimah Anggaran Muhammadiyah hasil dari pemikiran Ki Bagus Hadikusuma tersebut, dibahas dan disahkan secara resmi.

Warisan K.H. Ahmad Dahlan (studi Muhammadiyah masa awal)


Oleh : Hasbi Marwahid
Muhammadiyah merupakan organisasi sosial keagamaan yang didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan pada tanggal 8 November 1912. Sejak dua belas tahun berdirinya Muhammadiyah, yakni pada tanggal 23 Februari 1923, tepat pada usia yang ke-55, K.H Ahmad Dahlan meninggal dunia. Beliau meninggalkan Muhammadiyah dalam keadaan yang sudah mapan dan sudah mempunyai dasar-dasar yang kuat. Pada periode kepemimpinan K.H Ahmad Dahlan, Muhammadiyah mengalami masa pembentukan dan peletakan dasar-dasar organisasi yang memberikan arah bagi perkembangan organisasi di masa-masa selanjutnya.
Infra struktur organisasi Muhammadiyah yang dibentuk pada masa K.H Ahmad Dahlan terdiri berbagai macam bagian, menurut Alfian, ia membagi menjadi tujuh macam bagian, yaitu: (1) Bagian Tabligh/Dakwah; (2) Bagian Sekolahan; (3) Bagian ‘Aisyiah (4) Bagian Penolong Kesengsaraan Umum, disingkat PKU; (5) Bagian Hizbul Wathan; (6) Bagian Taman Pustaka; dan (7) Bagian Penolong Haji. Masing-masing bagian tersebut di atas dalam perkembangannya menjadi badan-badan tersendiri dalam