Sebuah speaker atau yang lebih dikenal dengan TOA
rupa-rupanya memiliki banyak sekali manfaatnya. Salah satunya untuk masjid.
Biasanya TOA ini digunakan di masjid-masjid untuk mengeraskan suara, baik suara
adzan, pengumuman informasi baik lelayu maupun informasi penting lainnya,
ataupun saat adanya kegiatan pengajian berlangsung. Tujuannya supaya suara
tersebut terdengar di saentero wilayah kampung atau daerah disekitaran masjid.
Utamanya adalah menunjukkan waktu shalat segera dimulai. Adzan, begitu adzan dikumandangkan,
suara begitu keras tersebut menggugah masyarakat untuk segera bergegas menuju
kemasjid untuk melaksanakan shalat berjamaah.
Sejarahnya, dulu pada zaman Islam era Rosulullah, adalah
Billal bin Rabbah yang ditunjuk menjadi tukang adzan (muadzin/modin) karena
suaranya yang keras. Suara yang keras tersebut
menggugah kaum muslimin untuk menghentikan aktfitas sejenak dan
melaksanakan shalat. Seiring berkembangnya zaman yang terus maju, tekhnologi
terus melakukan inovasi. Di Jawa misalnya,
setelah adzan dikumandangkan, kemudian diikuti dengan bunyi kentongan
atau bedug yang bertalu-talu. Namun, setelah ditemukannya pengeras suara
modern, TOA mulai diadabtasi di masjid-masjid karena dinilai efektif untuk
mengeraskan suara modin yang masih manual.
Banyaknya keinginan masyarakat untuk bahu-membahu membangun
masjid atau musholla pribadi menjadikan masjid-masjid megah ataupun sederhana
mulai bermunculan di mana-mana. Hal ini karena dukungan kuat, bahwa di
Indonesia, Islam menjadi mayoritas, baik secara kuantitas maupun otoritas.
Masjid-masjid atau musholla mulai berinovasi dengan sendiri-sendirinya. Salah
satunya di sebuah kampung yang makmur secara kuantitas masjid atau mushollanya.
Maksudnya, kampung tersebut mayoritas memeluk agama Islam secara 100 prosen,
dan banyaknya bangunan peribadatan yang berdekatan jaraknya. Hal ini yang akan
menjadi sorotan pokok dalam tulisan ini, baik apresiasi maupun kritikan
terhadap dinamikanya.
Belum lama ini, sebuah masjid di daerah kampung tersebut,
(sebut saja masjid X) melakukan renovasi terhadap pengeras suaranya dengan
menambahi beberapa TOA, kurang lebih sebanyak 8 buah. Tiang dari pengeras
suaranya pun cukup menjulang tinggi dilangit, setinggi 24 meter. Bisa
dibayangkan, suara yang keluar dari mulut TOA ini pun sangat menyedak-nyedak,
cukup kerasnya. Suara adzan atau informasi lainnya terdengar hampir di seluruh
Pedukuhan. Kampung ini memang cukup luas, terbukti dengan adanya 6 Rukun
Tetangga (RT) di satu Pedukuhan. Bisa dibayangan lagi, 2 RT masing-masing
memiliki masjid, dan belum lagi musholla yang begitu terdapat di masing-masing
RT. Betapa sangat ramainya kumandang adzan pada saat waktu sholat tiba,
bertalu-talu meramaikan suasana menjelang shalat, terlepas dari “makmur”nya
atau ramainya jamaah atau masyarakat yang berbondong-bondong menuju masjid
untuk shalat berjamaah.
Oia, kampung ini juga bisa dibilang beragam, maksudnya orang
mengatakan dengan istilah hijau dan biru. Warna hijau adalah Nahdlatul Ulama
(NU) dan biru (Muhammadiyah). Biasanya masjid atau musholla yang hijau, setelah
adzan shalat langsung menyanyikan shalawatan dan lagu-lagu Islam pengingat
lainnnya (ilir-ilir etc). Hal ini karena NU sangat konsisten untuk melestarikan
tradisi yang sudah ada, yang sudah diciptakan oleh para pendahulu (sesepuh) dan
diteruskan, sedangkan Muhammadiyah merupakan generasi modern yang berbanding
terbalik secara ijtihad. Deliar Noer dalam desertasinya “the Modernist Muslim
Movement in Indonesia 1900-1942” mengatakan, NU mewakili orang-orang bertahan
atau istilahnya tradisionalis dan Muhammadiyah mewakili orang-orang maju atau
modernis. Maka dari itu, secara aplikasi pemahaman Islam pun sedikit berbeda,
meski sama-sama sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah. NU mewakili orang-orang
pesisir atau desa, sedangkan Muhammadiyah mewakili orang-orang kota, meski
sampai detik ini dua mega organisasi sosial keagamaan terbesar di Indonesia ini
telah menyebarkan sayapnya baik kota maupun desa.
Kembali lagi ke tulisan awal, pasca renovasi dan penambahan
TOA, masjid X terasa menggelegar di setiap kumandang adzan dan shalawatannya.
Sedangkan masjid lain terasa “kalah” suara adzannya karena hanya dengan sedikit
TOA dan sederhana sesuai fungsi dan kapasitasnya saja. Maka, pada saat waktu
adzan tiba, suara membahana langit dari masjid X menggeser suara adzan masjid
atau mushalla disekitarnya. Jadi kadang masyarakat tidak mendengar suara adzan
atau samar saja di masjid yang biasanya mereka gunakan untuk shalat
dimasing-masing RTnya. Ditambah lagi, setelah adzan disusul dengan shalawatan
dari masjid X yang semakin menggeser samar adzan di masjid lain. Hal ini
menjadi perbincangan hangat di masjid sebelahnya dan menjadi keprihatinan
jamaah masjid tersebut. Ada yang bilang “mengganggu”, ada yg bilang
“terganggu”, bahkan terang-terangan menyebut hal tersebut sebagai “arogansi”
karena hal tersebut melampaui kapasitas, manfaat, dan tujuan mulia dari sebuah
TOA sebagai pemanggil jamaah untuk shalat.
Fastabiqul Khairat atau berlomba-lomba dalam kebaikan memang
dianjurkan dalam Islam. Hal ini memang sebagai sarana syiar Islam dan dakwah,
namun tujuan mulia tersebut nampaknya harus ditinjau ulang, karena beberapa
kritikan yang masuk dari masyarakat menandakan terlampau melebihi kapasitas.
Kondisi seperti ini memang bagus jika semisal masjid X adalah satu-satunya
masjid yang berada di sebuah pedukuhan yang luas dan tidak ada masjid lain
disekitarnya, sehingga syiarnya menjadi tepat sasaran. Namun faktanya
berbanding terbalik, keadaan tidak seperti itu. Masyarakat sudah tidak “bodoh”
lagi, zaman juga sudah semakin maju sehingga masyarakat pun dapat berpikir
secara logis dan kritis. Terlepas dari itu semua, memang ada hal positif dari dinamika yang terjadi ini. Masyarakat
menjadi mendengar secara jelas kapan waktu sholat tiba, sehingga tidak ada
alasan lagi untuk sholat “tidak” tepat waktu dan berbondong-bondong untuk
shalat berjamaah di rumah Allah yang suci.
Akhir kata, tulisan ini adalah
pendapat pribadi yang disimpulkan dari dinamika yang terjadi akhir-akhir ini.
Selain itu, ini sama sekali tidak bertujuan untuk mendiskredtikan siapapun dan
bukan menjustifikasi juga. Semoga Allah selalu membimbing langkah kita sebaik
mungkin dan semoga selalu mendapat ridhoNya. Fastabiqul Khoirat!!
#Tulisan ini murni pendapat saya pribadi...
Munggur, 4 Maret 2013
Hasby Marwahid
salam kenal dari kami, info yang sangat bermanfaat ,mau tau lebih banyak silahkan kunjungi
BalasHapusDealer TOA Jogja,
Dealer TOA Jogja
Sirine, dan
Batu Permata