Senin, 21 Januari 2013

Banjir yang Menyejarah


                Tayangan televisi pada akhir-akhir ini sedang marak menyuguhkan berita tentang banjir di mana-mana, khususnya di ibukota Indonesia, Jakarta. Mulai dari pusat kota, pinggiran sungai, sampai istana kepresidenan pun tidak luput dilanda banjir. Kondisi tersebut menimbulkan efek yang begitu mendalam, seperti pengungsian, jalanan macet sampai pada aktifitas perekonomian yang hampir “mandek”. Jalannya pemerintahan pun juga terancam terganggu dengan adanya musibah rutin musiman ini. Tidak bisa kita pungkiri, banjir selalu dan selalu saja seperti menjadi hal yang wajar terutama di ibukota.
                Kita sering melihat, bagaimana pemerintah selalu mencarikan solusi untuk musibah rutin musiman ini. Pergantian pemimpin dari waktu-kewaktu ternyata belum juga mampu mengurangi sampai menuntaskan tragedi banjir. Kondisi tersebut membuat kita menjadi prihatin atas keseringan musibah yang berdampak

Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah (Latar Belakang Sejarah)


Oleh : Hasbi Marwahid
            Pada periode Ki Bagus Hadikusuma (1950-1953), Muhammadiyah telah berhasil membentuk Muqadimah Anggaran Dasar. Ki Bagus Hadikusuma  melihat betapa pentingnya rumusan Mukadimah bagi sebuah anggaran dasar, sebab dalam Mukadimah ini akan memberikan gambaran kepada dunia luar tentang pandangan hidup serta tujuan luhur yang dicita-citakan oleh Muhammadiyah. Sebenarnya, hasil rumusan Ki Bagus Hadikusuma tentang Mukadimah ini pertama kali diperkenalkan dalam Muktamar Darurat tahun 1946. Selanjutnya pada Muktamar ke-31 di Yogyakarta tahun 1950, konsep Mukadimah Anggaran Muhammadiyah hasil dari pemikiran Ki Bagus Hadikusuma tersebut, dibahas dan disahkan secara resmi.

Warisan K.H. Ahmad Dahlan (studi Muhammadiyah masa awal)


Oleh : Hasbi Marwahid
Muhammadiyah merupakan organisasi sosial keagamaan yang didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan pada tanggal 8 November 1912. Sejak dua belas tahun berdirinya Muhammadiyah, yakni pada tanggal 23 Februari 1923, tepat pada usia yang ke-55, K.H Ahmad Dahlan meninggal dunia. Beliau meninggalkan Muhammadiyah dalam keadaan yang sudah mapan dan sudah mempunyai dasar-dasar yang kuat. Pada periode kepemimpinan K.H Ahmad Dahlan, Muhammadiyah mengalami masa pembentukan dan peletakan dasar-dasar organisasi yang memberikan arah bagi perkembangan organisasi di masa-masa selanjutnya.
Infra struktur organisasi Muhammadiyah yang dibentuk pada masa K.H Ahmad Dahlan terdiri berbagai macam bagian, menurut Alfian, ia membagi menjadi tujuh macam bagian, yaitu: (1) Bagian Tabligh/Dakwah; (2) Bagian Sekolahan; (3) Bagian ‘Aisyiah (4) Bagian Penolong Kesengsaraan Umum, disingkat PKU; (5) Bagian Hizbul Wathan; (6) Bagian Taman Pustaka; dan (7) Bagian Penolong Haji. Masing-masing bagian tersebut di atas dalam perkembangannya menjadi badan-badan tersendiri dalam