Sabtu, 07 Mei 2011

petani sang pahlawan ( menghargai seusap nasi yang kita makan )

kehidupan para petani indonesia sering kali sangat menyedihkan.
jika kita lihat perjuanngannya dalamm mencari kehidupan yang baik.
pagi-pagi buta mereka sudah bangun dan bersiap untuk pergi ke sawah.
menyiangi rumput-rumput yang sudah tumbuh di antara tanaman mereka.
supaya tidak mengganggu proses pertumbuhan tanamannya tersebut.
apalagi kalau musim tanam tiba, panas terik matahari tidak mereka perdulikan.
membajak sawah dengan sapi, kalau sekarang sudah banyak traktor.
itu biasannya dilakukan dengan suruhan orang untuk membajak, mungkin bisa dilakukan dengan usaha sendiri.
setelah proses pembajakan sawah selesai, barulah memulai menanam, entah padi, jagung, sayuran dan lain sebagainya.
biasanya mereka lakukan dengan bergotong royong.
setelah masa tanam usai, mereka tinggal mengeceki saja,
menyiangi, mengairi, dan lain sebagainnya. itu tiap hari mereka lakukan.
bila musim hujan tiba, kita sering lihat di televisi, di daerah-daerah yang rawan banjir.
sawah mereka terendam banjir, padi-padi mereka tergenang.
biasannya mereka panen lebih awal supaya padi mereka tidak busuk.
kemudian padi-padi mereka di taruh ditempat yang aman, di tempat kerabatnya yang daerahnya tidak kebanjiran.

tapi ketika musim kemarau tiba, masalah pengairan, mereka kadang sering berebut untuk mendapatkan air.
kadang cekcok pun tak bisa dihindari.
dalam keseharian mereka para petani tidak memperhatikan siang maupun malam. badan yang sudah lesu mereka tak pedulikan.
kadang malam hari mereka mengairi sawahnya, dan biasaya mereka tunggu di sawah samapai pengairan di sawahnya penuh.
samapai pagi,dan paginya mereka pulang sebentar habis itu berangkat ke sawah sampai siang hari.
mereka juga rajin menyemprot pestisida agar padi-padi mereka tumbuh dengan baik tanpa serangan hama-hama.
dan juga tidak lupa mennyebarkan pupuk tiap berapa minggu sekali.
siang biasanya merupakan waktu yang tepat untuk mereka beristirahat dari lelahnya badan dan panasnya hari.
sorenya mereka kembali ke sawah.
tapi jika merreka punya ternak, waktu itu mereka habiskan untuk mencari pakan ternak sapi atau kambing mereka.
jadi bisa dipastikan waktu istirahat mereka sangat sedikit sekali.
tapi bila padi mereka sudah menjelang panen, mereka biasanya tetap menunggu di sawah.
menjaga padi-padinya dari serangan burung-burung yang memakannya.
dengan teknik-teknik orang-orang sawah dan lain sebagainya.
sekali lagi ganasnya cuaca siang hari tidak mereka pedulikan.

musim panen tiba.
mereka bergotong royong untuk membabat padi-padi mereka.
setelah dibabat, padi yang masih bersama dengan batang dan daunya di bersihkan (sebLakke : dalam bahasa jawa)
mereka juga bergotong royong, entah itu dari pagi sampai sore hari, kalau belum selesai mereka lanjutkann lusa.
setelah itu padi-padi itu mereka jemur berhari-hari sampai kering.
tak cukup 1 sampai 2 hari padi mereka kering.
itu semua kenmbali lagi akan baik buruknya cuaca.
jika panas tiap hari mungkin padi mereka akan cepat kering.
tapi apabila mendung atau bahkan hujan, ini ceritannya akan lain lagi.
padi-padi mereka jemur.mereka akan setia menungguinya dari gangguan burung-burung atau ayam yang memakannya.
mereka juga harus tetap terjaga, kalau-kalau tiba-tiba hujan datang.
setelah padi mereka kering, penggilingan padi mereka dilakukan.
sekarang jaman sudah modern.
dahulu hal itu mereka lakukan dengan lesung.
jadi dengan cara padi-padi yang masih kuning itu mereka tumbuk di dalam lesung.
sekarang tinggal digiling dengan mesin.
setelah proses penggilingan usai (biasannya tidak semua padi mereka giling, biasannya masih disisakan untuk disimpan di gudang.
dan untuk konsumsi mereka sendiri.
padi-padi yang sudah menjadi beras tersebut mereka jual ke konsumen ( toko-toko, maupun tengkulak)
proses penjualan ini sering kali menyesuaikan harga pasar yang sedang berlangsung.
kadang-kadang padi mereka dihargai dengan murah.
semua itu mereka lakukan walaupun murah.
walau hanya menuai untung yang sangat sedikit dikarenakan oleh kejamnya pasar dan pemerintah.
ini semua rela mereka lakukan karena mau-tidak mau harus mereka turuti.
biaya yang mereka dapa digunakan bermacam-macam.
ada yang untuk biaya sekolah, untuk membayar hutang dan untuk biaya kehidupan sehari-hari.
kadang biaya yang mereka peroleh tidak sebanding dengan perjuangan mereka.
tapi itu adalah mata pencaharian utama mereka.

makan pokok orang Indonesia, kebanyakan adalah nasi.
karena nasi ini mengandung banyak karbohidrat.
dan sangat enek apabila itu dipadukan dengan lauk pauk dan sayur mayur.
jika kita lihat, kehidupan kita sehari.
nasi yang tiap hari kita makan adalah buah dari perjuangan petani kita.
tapi kita sering tidak mempedulikan hal tersebut.
betapa letihnya para pahlawan kita ( petani) dalam mengolah padi hingga menjadi beras.
dan nasi yang tiap hari kita makan.
kita kadang-kadang dalam hal makan masih banyak menyisakan nasi tersebut dan sering kita buang dengan begitu saja.
dengan alasan lauk tidak enak dan sebagainya.
ini realita yang tidak asing lagi bagi kita.
kita harus berterimakasih pada mereka.

harusnya pemerintah memperjuangkan nasib-nasib para penerus hidup kita!!
dengan berbagai cara.
karena ini merupakan mata pencaharian mayoritas penduduk pedesaan.
kenapa pemerintah masih saja melakukan impor beras??
apakah petani kita sudah tidak mampu memproduksi beras lagi untuk kebutuhan negara ini?
kenapa pupuk masih saja sulit ditemui dalam peredarannya?
kalau begini terus bagaimana Indonesia bisa jadi macan asia??
dimana slogan SWASEMBADA PANGAN yang dulu didengungkan?
harus ada komunikasi yang lebih dekat antara petani dan pemerintah.
tidak hanya slogan-slogan dan janji-janji belaka.
supaya nasib mereka tidak terkatung-katung lagi.
mereka pelangsung hidup kita.
saya bukan ingin menyalahkan pemerintah .
dan saya mengingatkan untuk lebih menghargai seusap nasi yang sehari-hari kita makan.'
dengan mengingat perjuangan mereka yang tak kenal lelah dan tak terbantahkan susahnya.

jangan pernah mengaggap rendah suatu pekerjaan.
karena semua itu ada korelasinya.
dengan adanya petani, maka kita dapat memakan nasi.
coba kalo tidak?! saya tidak bisa membayangkan.
tulisan saya bukan untuk mengajak pembaca untuk terus menjadi seorang petani.
melainkan untuk menghargai jasa mereka..
raihlah cita-cita kita setinggi langit..
selagi kita masih muda dan semoga diberikan oleh Allah kesempatan hidup untuk menggapainya..
demikian, tulisan ini saya buat sebagai bahan renungan dan membuka mata kita .
mohon maaf bila ada salah kata yang kurang berkenan .
mohon kritik saran yang membangun .
supaya kelak saya bisa menghasilkan tulisan yang lebih cerdas..
terimakasih . .thank you . bedank je well .

1 komentar: