Oleh : Hasbi Marwahid
Muhammadiyah
merupakan organisasi sosial keagamaan yang didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan pada
tanggal 8 November 1912. Sejak dua belas tahun berdirinya Muhammadiyah, yakni
pada tanggal 23 Februari 1923, tepat pada usia yang ke-55, K.H Ahmad Dahlan
meninggal dunia. Beliau meninggalkan Muhammadiyah dalam keadaan yang sudah
mapan dan sudah mempunyai dasar-dasar yang kuat. Pada periode kepemimpinan K.H
Ahmad Dahlan, Muhammadiyah mengalami masa pembentukan dan peletakan dasar-dasar
organisasi yang memberikan arah bagi perkembangan organisasi di masa-masa
selanjutnya.
Infra
struktur organisasi Muhammadiyah yang dibentuk pada masa K.H Ahmad Dahlan
terdiri berbagai macam bagian, menurut Alfian, ia membagi menjadi tujuh macam
bagian, yaitu: (1) Bagian Tabligh/Dakwah; (2) Bagian Sekolahan; (3) Bagian
‘Aisyiah (4) Bagian Penolong Kesengsaraan Umum, disingkat PKU; (5) Bagian
Hizbul Wathan; (6) Bagian Taman Pustaka; dan (7) Bagian Penolong Haji.
Masing-masing bagian tersebut di atas dalam perkembangannya menjadi badan-badan
tersendiri dalam
organisasi Muhammadiyah, dan merupakan tiang utama yang kokoh bagi kehidupan organisasi pada masa-masa selanjutnya.
organisasi Muhammadiyah, dan merupakan tiang utama yang kokoh bagi kehidupan organisasi pada masa-masa selanjutnya.
Pendiri
Muhammadiyah, K.H Ahmad Dahlan adalah contoh yang nyata dalam bidang tabligh
dan dakwah. Selain sebagai pedagang, beliau juga menyempatkan diri untuk
bertabligh diberbagai kota yang dikunjunginya, seperti Jakarta dan Garut di
Jawa Barat, Solo, Pekalongan, dan tempat-tempat lain di Jawa Tengah, Surabaya
dan Banyuwangi di Jawa Timur. Hal ini juga dilakukan oleh tokoh-tokoh
Muhammadiyah yan lainnya, baik pria (muballigh)
maupun wanita (muballighah).
Bagian
pendidikan juga memperlihatkan kemajuan dan perkembangan yang sangat berarti
bagi lembaga pendidikan modern yang dikelola oleh Muhammadiyah. Hal ini adalah
pemikiran K.H Ahmad Dahlan yang ingin membentuk sebuah lembaga pendidikan
dengan sistem Eropa, namun di dalamnya juga diajarkan ilmu-ilmu tentang agama. Cikal
bakal pendidikan modern di Muhamadiyah sebenarnya sudah ada sejak satu tahun
sebelum Muhammadiyah didirikan, yakni dengan didirikanya Standaardschool di Suronatan pada tahun 1911. Perkembangan pendidikan
modern Muhammadiyah terus berlanjut pada masa itu, seperti terbentuknya Pondok
Muhammadiyah pada tahun 1921. Pada
tahun 1922, di Notoprajan Yogyakarta, didirikan H.I.S dan pada akhir tahun 1923
di Yogyakarta sudah terdapat 4 sekolahan klas II yang didirikan oleh
Muhammadiyah.
Bagian
Aisyiyah yang berdiri pada tahun 1918 yang para anggotanya terdiri dari para
wanita pembatik. Pada mulanya perkumpulan ini bernama Sopo Tresno, dikelola oleh para istri pimpinan Muhammadiyah yang
bergerak dalam bidang pendidikan dan dana untuk memajukan para anggotannya.
Namun, dalam perkembangannya perkumpulan ini diperluas gerak langkahnya.
Sebagaimana Muhammadiyah, Asyiyah juga bergerak di bidang pendidikan dan sosial
keagamaan di kalangan para wanita, memiliki muballighat
tersediri, kursus-kursus keagamaan, dan mempunyai sekolah kader yang disebut Wal Asri yang dibina oleh Haji Hajid.
Pada tahun 1923, keanggotaan Muhammadiyah yang berjumlah sebesar 3.346,
sebanyak 724 orang diantaranya adalah anggota Asyiyah.
Gerakan
kepanduan Hizbul Wathan yang berdiri
pada tahun 1918. K.H Ahmad Dahlan tertarik dengan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh Javaanesche Padvinders
Organisatie (JPO) yang dilihatnya di Solo. Gerakan tersebut pada awalnya
dikenal dengan Padvindeers
Muhammadiyah, dan beberapa lama kemudian berganti nama menjadi Hizbul Wathan (HW), yang berarti
golongan yang cinta tanah air. Selain itu Muhammadiyah juga mendirikan Penolong
Kesengsaran Umum, untuk menolong orang-orang miskin, yatim dan orang-orang yang
sakit. Pada tahun 1923 bagian ini sudah berhasil mendirikan sebuah panti
asuhan, sebuah klinik dan poliklinik.
Pada
tahun 1912 terbentuk panitia penolong haji yang bertujuan membantu para jama’ah
haji dengan Haji Sudjak sebagai ketua pertamanya. Selain itu pada tahun 1922, Suara
Muhammadiyah, organ resmi organisasi yang diterbitkan sebulan sekali terbit
untuk pertama kali dengan oplag 2000
eks, sekalipun pada tahun 1923 jumlah tersebut menurun menjadi 1.000 eks karena
masalah keuangan. Munculnya media cetak ini menandai awal aktifitas bagian
Taman Pustaka di Muhammadiyah.
Beberapa
bagian organisasi yang terbentuk dalam Muhammadiyah pada masa K.H Ahmad Dahlan
tersebut memperlihatkan bahwa ia sudah berhasil membangun dasar pokok
organisasi dan meninggalkan Muhammadiyah dalam keadaan mapan dan memungkinkan
para generasi penerusya untuk mengembangkan Muhammadiyah secara lebih lanjut.
Dasar-dasar pokok Muhammadiyah yang bergerak dalam bidang keagamaan dan sosial
kemasyarakatan berhasil dibentuk oleh K.H Ahmad Dahlan. Hal ini sesuai dengan
pesan beliau kepada para penerusnya untuk memperjuangkan Muhammadiyah yaitu
“Aku titipkan Muhammadiyah kepadamu”.
Sumber :
Alfian, (1989), Muhammadiyah, The Political Behaviour of a Muslim Modernist
Organization under Dutch Colonialism, Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Deliar Noer, (1996), Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942,
Jakarta: LP3ES.
0 komentar:
Posting Komentar