Ada yang datang dan ada yang pergi.
Yang telah pergi digantikan sama yang baru datang (hasby)
Tidak dapat
kita pungkiri bahwasanya mati itu pasti dating. Kita tidak tahu kapan
datangnya, tidak pandang umur, waktu dan tanpa toleransi. Setiap makhluk yang
hidup pasti akan mengalaminya, baik yang berakal, berinsting dan lain
sebagainya (manusia, hewan, tumbuhan-red). Bahwasanya setiap yang bernyawa itu
pasti akan mati. (QS.Al Imran:185). Tampaknya kematian memang rahasia tuhan
yang tak seorang pun mengetahuinya. Tidak dapat diprediksi maupun diduga-duga,
setiap kita tinggal menunggu kapan datangnya.
Kata “mati”
seperti menjadi momok bagi mereka yang belum siap. Maksudnya belum siap untuk
menghadapi moment sacral tersebut dikarenakan beberapa actor. Antara lain amal
dan perbuatannya belum banyak, sering berbuat jahat dan lain sebagainya. Tapi
ada juga yang sama sekali tidak takut menghadapinya. Itu dikarenakan mereka
sudah siap secara lahir dan batin. Mereka memang sudah mempersiapkan modal
hidup untuk dunia maupun akhirat.
Mati seakan
menjadi bom waktu bagi kita semua, entah kapan? . Waktu itu terus berjalan dan
peradaban terus berkembang. Detik, menit, jam, hari bulan dan tahun terus
berjalan. Kita tidak pernah tahu apa rahasia tuhan. Sekali lagi kematian terus
mengintai kita disudut mana pun kita berada. Di mana saja kamu berada, kematian
akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.
(QS. 4:78). Tidak akan pernah kita kuasa untuk menolaknya, entah bagaimanapun
caranya. Presiden, kyai, ustadz, syech, pejabat, petani, dan bahkan pengemis
pun pasti akan menemuinya (mati-red).
Beberapa
orang menganggap bahwa setelah mati itu semuanya sudah selesai. Padahal hidup
yang kekal itu adalah setelah mati. Hidup adalah proses sebentar menuju
kehidupan abadi. Orang jawa bilang, “Hidup mung mampir ngombe”. (hidup itu
hanya mampir minum). Kata-kata sederhana tapi sarat makna. Bahwa hidup di dunia
ini hanya sebentar saja. Surga dan neraka kita tidak tahu, tapi kita bisa
berusaha untuk meraihnya. Surga dan neraka itu pilihan, mana yang kita pilih
itu tergantung dari kita sendiri. Amal dan perbuatan kita kelak akan menjadi
bekal kita di dunia abadi yang akan datang. Seperti orang hendak pergi
berperang, jika modal hanya tangan kosong saja, niscaya kita akan mati sia-sia.
Sementara didepan sana banyak peluru, panah, bahkan bom sekalipun.
Hal
tersebut hanya sebatas perumpamaan. Jika kita berperang dengan modal yang
cukup, pasti kita akan menang, tentu dengan strategi yang jitu pula. Strategi
tersebut dengan menambah perbendaharaan bekal dan cara-cara yang cerdas. Tidak
hanya monoton saja. Dalam hidup ini tidak ada kelas-kelas atau kasta. Tuhan
tidak memandang kita dari segi rupa, harta dan tahta. Semua mempunyai kedudukan
sama dihadapan Tuhan. Hanya amal dan perbuatan yang membedakan kita, sesuai
dengan kaidah hidup yang sudah dituntunkan atau kita malah mengingkarinya.
Ingkar di sini dalam arti tidak sesuai dengan apa yang diperintah dan apa yang
dilarang oleh Tuhan.
Banyak
orang kadang frustasi dalam menjalani hidup. Hidup hanya sungguh sederhana,
yang pelik Cuma tafsirnya saja, begitu kata pram. Dunia adalah batu loncatan
untuk akhirat. Agama pun dianggap sebagai mitos, candu dan lain sebagainya. Mereka
anggap segala yang nyata itu yang ada, sedangkan yang tidak Nampak, atau masih
di alam bawah sadar manusia pun tidak dipercayai. Banyak pemikiran yang
tampaknya menarik, teori dan ide-ide yang realistis. Tapi agama kadang tidak
bisa dilogika, begitu juga kematian. Kita percaya mati itu pasti datang, entah
kapan pun kita tidak tahu. Seperti apa kematian kita pun tidak dapat secuil pun
menerka. Itu rahasia mutlak Tuhan. Apakah sudah siapkah menjemputnya? Pertanyaan
retoris yang hanya bisa dijawab setiap person. Setiap orang punya tanggung
jawab, punya tujuan, dan timbangan masing-masing.
09 Juni 2012
Hasby Marwahid
manteb gan
BalasHapus