Senin, 10 Oktober 2011

HURUF*


Wahai huruf,
Bertahun kupelajari kau
Kucari faedah dan artimu
Kudekati kau saban hari
Saban aku jaga
Kutatp dikau dengan pengharapan
Pengharapan yang tidak jauh
Dari hendak ingin dapat dan tahu

Tetapi ; kecewa hatiku
Kupergunakan lain
Menjadi senjata di alam kanan
Agaknya belum juga berfaedah
Seperti yang kuhendakkan
Selalu dikau kususun rapi
Diatas kertas pengharapan yang maha tinggi

Tetapi. . .
Bilalah aku diliputi asap kemenyan sari
Tak kuasa aku menyusun kamu
Hingga susunan itu dapat dirasakan pula
Oleh segenap dunia
Sebagai yang kurasa pada waktu itu
Alangkah akan tinggi ucapan
Terimakasihku; bilalah kamu
Menjadi buku terbuka
Bagi manusia yang membacanya

Kaulah aku direndam lautan api
Hendaklah kamu meredam pembacanya
Bilalah aku sendu pilu
Hendaknya kamu merana dalam hatinya

Huruf, huruf. . .
Apalah nian sebabnya maka kami
Belum tahu akan maksudku. . ?

Sadar No. 5 Th. 11,
10 januari 1947
*Dikutip dari Pramaoedya Ananta Toer, Menggelinding 1 (ed: Astuti Ananta Toer), Jakarta: Lentera Dipayana, 2004.

0 komentar:

Posting Komentar