Kamis, 07 Juli 2011

secerca cerita awal hijrah

Catatan seorang peronda. .
Bismillahirohmanirohim
Tiada awalan yang indah tanpa membacanya terlebih dahulu.
Hari ini adalah awal dari langkah Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Negeri Yogyakarta. Kami kelompok 73 yang kebetulan mendapat tempat di Magelang, khususnya di desa Kudus, Kangkungan, kecamatan Salam. Pagi tadi kami awali dengan kumpul bareng di rektorat UNY untuk koordinasi terkait dengan upacara serah terima yang akan dilaksanakan nantinya. Sebenarnya hal ini sudah dijadwalkan sebelumnya, secara teknisnya dan sebagainya. Setelah semua kumpul kami berangkat bersama dengan mengendarai motor dengan barang bawaan “segebok”, sudah mirip seperti pasukan perang yang haus akan lawan. Sesampainya di kecamatan Salam, kami pun harus menunggu kelompok lain yang kebetulan masih di jalan dan tentu saja DPL (Dosen Pembimbing Lapangan).
Setelah semuanya berkumpul, kami pun harus menunggu lagi dikarenakan pak Camatnya ternyata sedang rapat. Akan tetapi upacara serah terima pun dimulai. Kami semua dibariskan di lapangan depan kantor kecamatan dengan diawali dengan instruksi baris berbaris, seakan kami adalah pasukan militer yang didoktrin oleh seniornya. Sambutan-sambutan baik dari pihak UNY yang diwakili DPL dan pihak kecamatan yang diwakilkan oleh mentrinya. Acara berjalan cukup khidmat walaupun panasnya matahari menyengat kulit. Pasca acara ada koordinasi antara lurah-lurah setempat mengenai acara serah terima di kelurahan. Akan tetapi mis-komunikasi sebelumnya membuat pihak kelurahan kelabakan. Artinya persiapan yang signifikan tidak ada sama sekali. Akhirnya,setelah dilepas secara resmi, kami langsung menuju ke tempat pemondokan masing-masing.
Dengan iringi-iringan rombongan disertai dengan barang bawaan yang lumayan banyak akhirnya sampai juga dilokasi. Setelah melepas lelah di depan rumah, tiba-tiba pak Lurah datang disertai dengan asistenya. Rupanya ada tembusan resmi dari dia, terkai dengan izin ditempatinya rumah tersebut untuk dipakai kelompok kami. Setelah itu ada obrolan hangat, sharing-sharing tentang program dan masukan dari pak lurah sendiri untuk kami. Ditambah dengan peninjuan langsung tempat/kamar putra yang kebetulan dulu adalah bekas gudang yang sudah di instal ulang. Dia sempat berkata lirih kepada kami, katanya, “besok
kalau suatu saat pak Sudiono sering memberikan tausiah (ceramah/nasehat) didengarkan saja, memang dia tipikalnya begitu, dia itu MD, tau nggak itu? Wah masnya pasti sudah tau sendiri lah, MD itu Muhammadiyah, sedangkan disini itu mayorits adalah NU.”kata dia menerangkan dengan mimik muka serius.
Pak lurah pun kemudian pamitan untuk melanjutkan tugasnya lagi, sementara kami juga melanjutkan aktivitas lagi yaitu menata kamar dan barang-barang bawaan. Kurang lebih setengah jam, kamar yang dulunya mirip kapal pecah disulap menjadi istana semu. Seperti dalam reality show disebuah stasiun televisi swasta Indonesia, “bedah rumah”. Aktivitas selanjutnya, yang putri memasak sedangkan putra masih setia menata kamar dan sedikit bersantai. Masakan sudah matang dan kami pun makan bersama dengan lauk yang cukup lezat disertai sambal buatan sendiri yang cukup untuk menggoyang lidah. Ditambah lagi dengan obrolan seru disela-sela makan, menambah nyamannya hari ini. Sebuah awal yang indah untuk mengawali kebersamaan kami di tempat ini.
***
Kegiatan kami selanjutnya adalah free, diisi dengan ngobrol-ngobrol, ada pula yang nonton dan juga tidur. Kekonyolan dari salah seorang teman kami, Ardhan, membuat kami menamainya “si pencuri bakpia”. Dia telah membawa makanan yang seharusnya diberikan kepada keluarga pak Sudiono, akan perut berkata lain dan dia menjadi kambing hitam dari kejadian tersebut. Sore hari dua teman kami pulang ke Jogja karena ada acara yang tidak bisa ditinggalkan. Matahari sudah tidak menampakkan sinarnya, sore berganti dengan malam. Show of Force KKN Senyawa UNY Kelompok 73 dimulai dengan safari ke tetangga sekitar yang dekat dengan pemondokan, sekitar tiga rumah kami kunjungi. Tetapi sebelumnya masalah kecil terjadi, konslet pada sekring rumah pak Sudino terjadi mengakibatkan mati lampu. Setelah sekitar 15 menit berjuang mengotak-atik sekring yang hangus terbakar dan menggantinya dengan sekring baru, akhirnya lampu menyala. Perjuangan teman kami, Edwin, seorang mahasiswa kimia yang menganut paham etika-isme ini patut diacungi jempol.
Kunjungan safari kami berakhir di rumah kadus Kangkungan. Sambutan hangat sehangat the yang disuguhkan kepada kami dan sederet makanan ringan didepan kami membuat air liur teman-teman menetes, bahkan sampai meluap. Walaupun malam itu pak kadusnya sedang berhalangan, karena ada acara tahlilan di tempat saudaranya, namun tidak mengurangi niat kami untuk mengorek info yang dibutuhkan. Datangnya ibu Marwoto, istri dari wakaur pembangunan menambah semarak malam itu. Orangnya supel dan menarik. Maksudnya dia bisa membuat suasana menjadi tidak garing. Dia banyak memaparkan info cukup yang kami butuhkan. Di sisi lain teman-teman asyik ngemil makanan yang ada di depannya. Serasa melihat wayang di suatu pagelarang dengan ibu Marwoto sebagai dalangnya. Tidak terasa 1 wadah makanan yang berisiskan peyek hamper habis dilalap sebagain oknum. Malam itu juga sebagai penunda rasa lapar kami, karena rencannya makan malam dilakukan setelah safari. Jam menunjukkan pukul 20.30 WIB, waktu yang tepat untuk mengundurkan diri pulang ke pondokan.
Makan malam kali ini adalah membeli lauk, karena untuk memasak ternyata sarana dan prasarana kami belum memadai. Lele goreng menjadi pemuas perut kami malam ini. Jam 22.00, dua teman kami datang dari jogja, lala dan afifi, dan lengkaplah kini kelompok Senyawa. Aktifitas selanjutnya adalah rapat malam pasca makan malam. Agendanya adalah membahas hal-hal yang urgent untuk hari esok dan juga sedikit mengupas tentang info yang didapat setelah safari tadi. Selain itu iuran yang sudah kami rencanakan juga tidak dilupakan. Lengkap sudah agenda hari ini, tapi masih ada agenda hari esok yang menggunung. Teman-teman putra sudah tidur, tapi masih ada yang meronda mala mini, yaitu saya. Quo vadis hai wanita? Sudah tidurkah? Masih adakah yang tersisisa untuk meronda?. Selamat tidur teman-teman semoga hari esok lebih indah dan baik daripada hari ini. Jaga kekompakan, kita kuat karena bersatu, apalagi bersepuluh..!! senyawa yang terus hidup dengan gerak yang sinergis pula. Amin !
***
28/06/2011
1:39AM



28/06/2011
23:50
Ayam berkokok memecah keheningan pagi hari yang cerah. Dingin berkabut itulah suasana yang sedikit bisa tergambarkan. Seperti biasa pagi diawali dengan berbagai macam aktivitas awal yang bermacam-macam, mulai dari mandi, memasak, nyapu dan ada yang masih tidur. Sebagian kami ada yang jalan-jalan disekitar pemondokan. Dinginnya pagi itu membuat kami bergegas untuk pulang lagi. Di tengah jalan kami menemukan tulisan di jalan yang menurut kami agak konyol dan difoto oleh Ardhan. Sesampainya dirumah kami langsung bersih-bersih, baik rumah, maupun badan (mandi). Tiba-tiba ada pengumuman dari masjid tentang berita lelayu, disiarkan sebanyak tiga kali. Pukul 09.00 WIB makanan telah siap saji, menu pagi ini adalah sayur yang berkuah, tempe dan sambal. Kami makan bersama di depan rumah diiringi dengan canda tawa seperti biasa. Sementara kakung dan uti pergi ke sawah di kecamatan sebelah. Pagi ini kami tidak membahas program sama sekali, hanya menunggu si pemilik rumah pulang dari sawah. Rencananya adalah melayat bersama, dan ini bisa dijadikan program isidental dalam KKN.
Dari kejuahan tampak kakung dan uti berboncengan dengan motor terlihat begitu mesranya. Turun dari motor kakung langsung ingat dengan tanamannya. Sembari menyemprot obat pada tumbuhan-tumbuhan kesayangannya, sebagian kami ada yang menemani dan sekedar bertanya-tanya soal tanaman. Sedikit basa-basi yang bertujuan menguatkan ukhuwah kami sebagai pendatang dan penumpang sementara. Terlihat begitu khidmat ia menyiram tanamannya sambil sedikit memberikan penjelasan soal tanam-menanam. Semua teman-teman sudah mandi dan siap untuk pergi ke rumah duka di daerah kangkungan. Ada kejadian unik dari teman kami yang unik ini, yaitu si Ardhan. Ia mematahkan kursi depan rumah dengan bobot badan yang dipunyainya. Teman-teman tertawa lepas, sementara si pelaku salah tingkah dan kebingungan.
Sampai juga kami ke tempat layatan, dengan iringi-iringan motor mengawal sang pemilik rumah, yaitu kakung dan uti. Laksana jendral perang yang harus dikawal ketat oleh prajuritnya sambil membawa persenjataan lengkap. Suasana pelayatan cukup ramai diwarnai dengan panasnya terik matahari dan debu-debu yang berterbangan. Kami mensholatkan jenazah dengan imam, kakung sendiri. Setelah itu kami berbaur dengan warga dan teman-teman putri pulang menemani uti. Jam menunjukan pukul 11.00 siang, sedangkan pemberangkatan jenazah rencananya jam 13.00. waktu yang lumayan lama untuk menunggu ditengah-tengah tanah tandus yang dikerumuni orang dan matahari tak sedikitpun menurunkan garang sinarnya. Ditengah acara kami sempat mengobrol dengan dua kakek tua yang sudah memikirkan hidupnya. Obrolan hangat pun melantun begitu saja, katanya, “urip ki mung sedelo lho mas, nek koyo aku iki ibarate dolan seko Magelang neng Jakarta numpak sepur, saiki lagi tekan Bandung. Lha rak persiapane sak durunge tekan kan barang-barange kudu disiapke ben ra lali sesuk pas tekan neng Jakarta” katanya sambil menghisap rokoknya yang sudah hampir habis.
Kami saat itu menjadi pendengar ceritanya seolah sebagai nasehat pengantar tidur yang punya nilai filosofis tinggi. Tambahnya “kui ki diibaratke urip mas, saiki nek ran due sangu (amal) sesuk neng konone iso sengsoro mas, neroko ki ngeri banget, makane mumpung iseh enom golek sangu seng sak okeh-okehe !” jelasnya sambil tertawa melihat saudara seumurnya yang punya pemikiran sama. Kami hanya tertawa kecil seakan sedang menghayati pidato yang disampaikan oleh pak presiden. Disamping saya, ada sebagian teman kami ngobrol-ngobrol dengan seorang bapak-bapak terlihat asyik sekali, Afifi dan Edo. Ternyata bapak itu adalah dosen UNY jurusan olahraga, kebetulan rumahnya berada tidak jauh dari lokasi lelayu.
Pembacaan ayat-ayat suci Al-qur’an dilantuntan dengan merdu oleh seorang paruh baya yang berambut gondrong dan berkopiah usang dan rambut terurai sampai ke bahu. Setelah itu ada pengajian kecil yang disampaikan oleh pak kyai (mbah kaum) dengan membahas tema tidak jauh tentang kematian, “kullunafsih dhaikotul maut”, setiap yang bernyawa pasti akan mati. Hal ini dimaksudkan agar peserta takziah tidak lupa dengan kematian yang sewaktu-watu datang menjemput siapa saja tidak memandang usia maupun kedudukan. Pengajian ditutup dengan do’a dan diamini oleh jamaah yang terlihat begitu khusuknya. Para pemuda sudah siap dan jenazah sudah tinggal diberngkatkan saja. Lain lubuk lain belalang, lain daerah lain pula adatnya. Sebelum jenazah dibernagkatkan ada do’a lagi, kali ini dipimpin oleh seorang kakek tua dengan suara yang agak terbata-bata. Setiap satu langkah diiringi dengan membaca Al-fatihah bersama-sama, samapai langkah ketiga jenazahpun berangkat ke rumah barunya, yaitu makam. Uang receh disertai bunga mulai disebar mengiri jenazah, dan anak-anak kecilpun berhampuran saling berebut untuk mengambil uang tersebut.
***
Makan siang kali ini dengan menggunakan lauk yang seadanya, kami makan bersama lagi sementara Kakung dan uti pergi kondangan. Makan selesai dan rencana selanjutnya adalah ikut kerja bakti pembuatan jalan (pengecoran) di dekat pondokan. Sebagain kami berangkat dan yang lainya ada di pondokan untuk melepas lelah. Sampai sana jam 14.30 WIB, awalnya kami malu-malu kucing, di depan warga yang sudah menunjukan letih setelah seharian bekerja bakti. Bingung dengan pekerjaan apa yang akan menimpa akhirnya kami menimbrung juga. Pasir, batu-batu kecil, sekop dan cangkul telah memanggil-manggil. Segera bergegas membantu, mulai dari mengangkut pasir dan batu, juga ada yang mengangkut air. Suasana bisingnya mesin penggiling material (molen) menambah semangat kami untuk terus bekerja bakti. Keringat mulai bercucuran, badan terasa pegal-pegas seakan baru saja lari dari Jogja ke Magelang. Panasnya matahari semakin menambah kucuran keringat yang semakin lama semakin deras. Badan dan tenaga terasa tidak kuat lagi, “Alhamdulillah akhir yang dinanti-nanti datang juga”, begitu pendapat salah seorang teman kami. Jam menunjukan pukul 15.30, adzan ashar juga sudah berkumandang. Baju dan celana yang berlumuran debu dan keringat bercampur, bersatu padu mewarnai kotornya kami siang itu.
***
Surau sudah mulai menabuh bedug, menandakan waktu sholat maghrib hampir tiba. Adzan berkumandang, terangnya siang telah berganti dengan gelapnya malam. Lampu-lampu penduduk satu-persatu sudah mulai dinyalakan. Agenda selanjutnya adalah sowan ke rumah bapak Kadus Kangkungan untuk sekedar silaturahmi dan cari info terkait program kerja kami. Sebelumya ada pembagian tugas untuk hal ini, ada yang ke dusun Kudus juga. Sampai lokasi ternyata pak kadusnya sedang pergi sebentar, sambil menunggu ada suguhan teh hangat yang memecah kebuntuan disertai shock yang terjadi pada badan kami tadi siang. Tak berapa lama ternyata teman-teman yang ditugaskan ke dusun sebelah datang menyusul kami, suasana menjadi ramai dan suguhan pun menjadi meriah (teh hangat tambahan). Pak kadus datang, kami buka dengan memaparkan maksud dan tujuan datang, disuarakan dengan nada yang tidak teratur dan serak-serak basah. Obrolan ringan pun mengalir sesuai alurnya. Semua info tambahan kami dapat, seperti perpecahan yang terjadi ditubuh pemuda dikarenakan pemilihan kadus beberapa waktu lalu. Info yang dibutuhkan didapat, adzan isya’ mengakhiri silaturahmi kami, kebetulan juga ada tahlilan di tempat rumah duka tadi siang.
Kedatangan ayah Ardan tadi malam ternyata membawakan rezeki bagi kami semua, hal ini terkait lauk dan oleh-oleh yang diberikan pada kami, satu dus ayam goring dengan camilan yang ta terhitung jumlahnya. Nafas lega dan senyum lebar menghiasai satu persatu wajah kami seolah ingin berteriak “PERBAIKAN GIZI !!”. Makan malam bersama untuk kedua kalinya dengan lauk yang cukup untuk mengenyangkan perut kami. Acara dilanjutkan dengan rapat, membahas agenda terdekat, pembuatan tugas-tugas, deadline masing-masing individu dan yang terakhir pembuatan peraturan-peraturan sementara. Rapat selesai pukul 23.00, dengan kondisi wajah teman-teman bagaikan “jemuran”, kusut dan layu. Esok pagi semoga membawakan semangat pagi yang mengantarkan kami melewati seluruh aktivitas selanjutnya.
29/06/2011
2:32 AM
Disaat teman-teman terhanyut dalam mimpi indah masing masing dan mata saya belum juga bisa terpejam. Rombongan kafein telah beberapa kali membasahi tenggorokan, tapi belum terpejam juga.

Thursday, 30/06/2011
1:41 AM
Seperti biasa, kegiatan kami dimulai dengan menjalankan amanah rapat tadi malam. Pengumpulan data hasil observasi disampaikan dengan hasil yang cukup memadai. Satu demi satu teman-teman dengan semangatnya mempresentasikan hasil kerjanya hari ini. Semua masih berkutat tentang kegiatan warga yang sudah berjalan, seperti TPA, bimbingan belajar dan sebagainya. Info yang kami himpun cukup untuk menuju proses pematangan selanjutnya. Agenda yang akan dilakukan besok juga tidak luput dalam pembahasan, mengenai proposal dengan penanggung jawabnya, dan aktivitas lainnya. Rapat diakhiri dengan makan malam bersama, berlaukkan telur, sayur kobis ditambah dengan martabak bawaan Ardhan. Prosesi makan malam berjalan seperti sebelumnya, diselingi canda tawa konyol dari teman-teman.
Tadi habis isya’, teman-teman putra berangkat tahlilan di rumah duka kemarin. Sampai sana ternyata suasana cukup mengagetkan, betapa tidak?, tidak disangka-sangka acara tahlilan dihadiri oleh banyak warga, tidak seperti lazimnya di Jogjakarta yang paling hanya dihadiri oleh segelintir orang saja. Kedatangan kami disambut hangat dengan para among tamu yang berjumlah belasan. Kursi-kursi sudah tertata rapi, berhimpit-himpit orang sudah datang duluan, acara belum dimulai. Kemudian kami pun duduk berjejeran dibelakang warga yang sudah datang duluan. Obrolan hangat dengan salah seorang warga didekat kami pun terjadi secara spontan, dengan pertanyaan awal yang terkesan tidak berbobot (basa-basi). Di tengah-tengah obrolan, ada yang menarik, dia mengatakan “biasanya dihadiri kurang lebih 500 orang mas, kalau hari pertama, namun pada hari-hari selanjutnya, kedua, ketiga, biasanya sudah menurun, tapi itupun tidak kurang dari 200-300 orang.” Begitu banyaknya antusias warga, katanya untuk merekatkan silaturahmi dan dengan tujuan utama “mengirim do’a pada arwah yang meninggal.”
Suguhan awal pun akhirnya datang, dengan berupa snack ringan dan segelas teh hangat. Setelah dipersilahkan, kami pun makan bebarengan dengan diselingi dengan obrolan dengan rekan yang berada di kanan-kirinya. Warga yang datang mayoritas adalah sudah berumur, artinya kebanyakan adalah bapak-bapak dan juga simbah-simbah, kalaupun ada pemudanya bisa dihitung dengan jari saja. Lima menit setelah makan dan minum snack, acara pun dimulai. Jam sudah menunjukan pukul 20.00 WIB, di sana terlihat sang Kyai sudah mulai membukanya dengan do’a yang rupa-rupanya sudah dihapal di luar kepala. Acara inti dimulai, diikuti dengan khusuk oleh para peserta. Bacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an dilantunkan dengan sendirinya diikuti oleh semua warga. Suara merdu dan sahut-sahutan menyerupai koor sebuah paduan suara, dengan kepala mengangguk-angguk, mata terpejam mulai menirukan Kyai. Kepala-kepala terlihat seperti padi terkena badai, mengayun tak teratur, ada yang maju mundur, ada yang ke kiri dan ke kanan.
Acara di akhiri dengan bacaan do’a yang diamini serentak oleh warga. Kami pun tak luput menirukan sesekali menguap karena mata dan perut dari sebagian teman-teman sudah tidak bisa diajak kerjasama lagi. Akan tetapi tidak disangka, suguhan selanjutnya muncul berupa iring-iringan piring yang dibawakan oleh para pemuda yang bertugas sebagai laden. Mata teman-teman terbelalak, rezeki datang lumayan sebagai penunda lapar, begitulah pikiran yang terlintas dikepala mereka. Satu piring berisikan sedikit nasi, dengan sayur, dan berlaukkan sepotong tempe dan telor ayam. Selesai makan para warga mulai sedikit demi sedikit meninggalkan tempat sebagai pertanda bahwa acara tahlilah hari kedua sudah selesai dan jam terus berdetak menunjukkan pukul 21.00WIB. kami pun lekas nagkat kaki dan meninggalkan tempat tersebut dengan bersalama dengan warga yang sudah berdiri untuk menyambut warga yang sudah stand by di pintu keluar. Begitulah secerca cerita yang bisa dipaparkan hari ini, cerita besok mungkin akan lebih menarik dan mengasyikkan.

2:19AM
Disertai suara dengkuran dari teman-teman yang bertalu-talu.
Dua gelas kopi dan segelas jahe menemani mala mini, dan mata belum menunjukan rasa kantuk.

Friday, 01/17/2011
3:41 AM.
Suara ayam sudah mulai satu dua terdengar sayup-sayup, sesekali tokek juga bersenandung memecah keheningan malam menjelang subuh ini. Kegiatan hari ini sudah memanggil untuk dibekukan, mata masih terjaga dan teman-teman sudah terlelap dalam tidur yang diselingi mimpi-mimpi indah. Rapat tadi malam membahas agenda yang dilakukan hari ini. Kebanyakan kegaitan terpaut dengan penyebaran sebendel kertas tipis dengan nada yang berbunga-bunga (proposal_red). Penanggung jawab proposal dan tembusan ke instansi terkait sudah di serahkan. Teman-teman menjalaninya dengan ikhlas dan semangat membara. Saling berpasang-pasangan, yaitu Edwin dan Ardhan bertugas di daerah Magelang dengan tujuan PLN, Hasby dan Afifi bertugas di Jogjakarta dengan sasaran perpustakaan dan penerbit, Edo dan Arfan masih setia dengan program koranisasinya. Sementara kaum hawa, dengan kegiatan dan tujuan masing-masing, Lala dengan matrix dan surat-surat pengantar, dan trio macan; Winda, Mada, dan Dian memasak dan bersih.
Suasana Jogja yang membuat hati menjadi merindu menjadikan sedikit pikiran melanglang buana saat-saat di sini. Siang terasa panas, sepanas si Afifi yang mengendarai motor ala orang kesurupan, menjadikan si pembonceng senam jantung. Arfan dan Edo yang berangkatnya lebih dahulu pun di over lap oleh dia. Semangat Gold and Glory menjadikan kami rela berpanas-panas ria untuk mendapatkan tujuan, yaitu kejelasan dari program kerja KKN. Siangnya sekitar pukul 14.30 WIB, setelah kami semua berkumpul, makan siang bersama pun terlaksana dengan berlaukkan bakso kuah, krupuk dan sambal. Sore hari adalah acara istirahat setelah berlelah-lelah seharian. Akan tetapi sebagain oknum, Hasby, Arghan, dan Lala bermaksud untuk mendatangi kelompok 71 yang berada di Tersan Gede. Namun jalan menuju sana ternyata sangat berliku dan membingungkan, kami bertanya sampai beberapa kali. Pucuk dicinta ulam tiba, sampai juga kami di rumah pondokan mereka setelah menempuh jarak yang jauh dan berliku melewati hijaunya sawah disertai semilirnya angin sore hari.
Sedikit shock melihat depan rumah pondokan, sebuah cagak kuning bertuliskan Posko KKN UNY membuat mata kami begidik dan sedikit tersenyum kecut. Kami disambut oleh sesosok orang dengan mengenakan sarung dan kaos bola, itulah si Fiqi ketua kelompok tersebut. Melihat rumah pondokan yang berupa rumah joglo yang teramat luas, sedikit memicingkan mata kami. Aneka warna-warni tulisan membuat suasana pondokan terlihat meriah. Agenda selanjutnya adalah penyampaian maksud kami datang, yaitu sharing tentang program, menanyakan sudah sejauh mana perkembangannya, mencontek matrik dan proposalnya dan yang terakhir adalah mencari snack suguhan, sebagai penunda laparnya sore itu. Adzan magrib terdengar sudah, waktunya insane beriman untuk menunaikan kewajibannya. Pasca itu, kami bermaksud untuk pulang, tapi ternyata teh panas sudah berteriak kepada kami untuk segera menyapanya. Teh sudah ludes kami minum, camilan sudah tinggal setengah kaleng, waktunya untuk segera kembali ke pondokan kami. Jalan yang ditempuh teramat jauh, sepi, melewati jalan setapak yang minim penerangan jalan.
***
Pukul 18.30 kami langsung bergegas ke rumah ketua pemudanya, seperti yang sudah kami agendakan kemarin. Mas Martiah, nama ketua pemudanya, perpaduan unsur nama laki-laki dan perempuan. Disaat kami introgasi dia dengan segudang pertanyaan, tiba-tiba datang seorang bapak tua dengan peci hitam dan jaket tebal, dia ketua Takmir masjidnya. Info dan masukan terus kami gali dan sampailah pada acara pamitan. Sementara disisi lain, Mada, Winda, dan Dian sedang keluar pondokan untuk berlatih koor dengan ibu-ibu pengajian muslimatan. Setelah semua selesai dengan aktivitas masing-masing, makan malam pun dijabani. Lauk pauk sate usus rasa angkringan dengan kuah soto dan sambal cukup untuk mengengyangkan kami malam ini. Rapat menjadi agenda selanjutnya, dimulai pukul 21.30 sampai dengan berakhir pada pukul 01.00. membahas tentang pematangan program, pengeplotan penanggung jawab, dan penentuan pelaksanaan. Acara berjalan lancar dan sukses, walaupun mata teman-teman sudah memerah, tapi setidaknya agenda yang kami impikan dari awal selesai sudah. Begitulah gambar hari ini yang sedikit dan sekilas.
04.21 AM
Subuh hampir datang, mari kita songsong dengan semangat pagi !
2:06AM
Saturday, 2/07/2011
Pagi hari diawali dengan ruitnitas biasa, namun bedanya untuk pagi ini sarapan bersama sedikit tertunda alias tidak ada yang memasak. Pengejaran proposal yang ditujukan terhadap beberapa instansi terkait yang akan disanjangi hari ini. Pukul 09.30 WIB DPL kami, Pak Pranata mendadak berkunjung ke pondokan untuk meninjau dan melihat perkembangan Kelompok 73, yaitu kelompok kami. Tidak berselang beberapa menit, kunjungan rombongan kelompok 72 menambah ramainya situasi pagi ini. Catatan harian kami dilihat dan diberi kritik dan saran tentang pengisiannya. Ternyata ada yang belum menbuat, yaitu Hasby dan lala. Mendadak sempat kelabakan dan bingung karena ternyata catatan harian tersebut ditandatangani langsung oleh DPL. Acara diselingi bincang-bincang ringan terkait dengan proker yang akan dibuat.
Setelah semua dirasa cukup, DPL berpamitan dan menuju kelompok lainnya yang berada di kecamatan Salam, daearah yang menjadi otoritas dari Pak Pranata. Rencana selanjutnya adalah pembagian tugas sesuai dengan hasil rapat semalam. Afifi dan Ardan mengujungi RSUD dan PMI meminta kejelasan tentang kerjasama yang kemarin sudah dijanjikan. Edwin pulang ke Jogja untuk mengikuti pertandingan semifinal sepakbola, kebetulan masuk. Trio macan rencananya pergi ke kerja bakti pengecoran jalan yang berada di dusun Kudus. Arfan dan Edo masih berkutat dengan plangisasinya, pergi juga ke kelurahan Kadiluwih untuk bertemu dengan pak Lurah. Sementara Lala dan Hasby pergi ke pondokan kelompok 71 untuk mengikuti rapat bersama dengan kelompok lain membahas tentang proposal yang akan ditujukan ke Bappeda Magelang. Semua tugas telah dibagi dan teman-teman melaksanakannya, dan itu pengisi aktifitas pagi sampai siang.
Siang hari sekitar jam 14.00WIB teman-teman sudah berada di depan rumah untuk pembuatan Plangisasi, mulai dari mengecat, mengesat konsep tulisan dan menunggui anaknya bapak tentara yang berada di depan rumah. Kegiatan ini berlangsung sampai sore hari, menjelang magrib. Pasca magrib kami semua pergi ke rumah pak Suranto di daerah Kangkungan yang kebetulan dia adalah dosen UNY jurusan olahraga. Pembagian kelompok terjadi disela-sela diskusi dan sharing dengan pak Suryanto. Afifi, Arfan, Edwin dan Edo akhirnya memutuskan untuk pergi ke acara yasinan anak-anak dan remaja yang berada di Kangkungan pula. Rapat RT gabungan akan dilaksanakan pada pukul 20.00WIB, dan kami diajak oleh beliau. Sesampainya di tempat rapat, ternyata tidak disangka-sangka banyak sekali warga yang sudah hadir, mulai dari simbah-simbah, bapak, bahkan pak lurah pun juga datang. Dua kadus Kangkungan dan Kudus juga tidak luput dari acara tesebut. Acara berjalan cukup lancar, sampai datanglah waktu sambutan yang akan disampaikan oleh KKN.
Juru bicara berbicara tersendat-sendat, mengenai perkenalan dan penyampaian kondisi KKN. Proker pun luput di sampaikan, dan dilanjutkan dengan rapat ini dari warga. Sebelumnya acara dimulai dengan tahlilan yang dipimpin oleh seorang mbah kaum dari desa tersebut, cukup lama sekali. Sekitar setengah jam tahlilan tersebut berjalan diikuti antusias warag yang tampaknya sudah cukup membudaya. Alhmdulillah, ada snack yang bisa mengisi perut kami dari rasa lapar mendera. Setelah rapat inti, KKN kemudian menyampaikan program kerja yang akan dilaksanakan. Antusias dari warga pun sangat bagus, ada apresiasi tersendiri untuk kami dan warga. Diakhir acara suara piring bergandeng-gandengan terdengar, artinya ada sesi makan malam. Sepiring opor ayam, sambal tomat dan nasi sudah berada di depan kami. Bagai menelan ludah, rezeki datang tidak disangka-sangka dari mana asalnya.
Disisi lain, kelompok yang tadi dibernagkatkan untuk ikut yasinan ternyata punya cerita tersendiri yang sedikit konyol dari biasanya. Ternyata acara hadroh (nyanyi-nyaian dengan syair-syair islam) dengan peserta kebanyakan adalah anak-anak. Menurut penuturan mereka, KKN disuruh duduk di atas panggung disamping sang vokalis mas Hakim dengan disaksikan oleh sebagian besar anak-anak. Acara nyanyian berlangsung dari jam 20.00 sampai 22.30, sungguh waktu yang lama dengan perut yang cacingnya sudah melakukan demonstrasi anarkis. Begitulah agenda hari ini yang dipaparkan secara singkat. Mata sudah 5 Watt, dengkuran teman-teman memancing saya untuk menyusulnya. Sekian.
2:47 AM.
Dan belum saya lanjutkan lagi, rutinitas yang padat membuat saya menjadi malas.
badan terseok-seok, tapi tetap bismillah, mari kita lanjutkan dengan ikhlas dan semangat!! 



























3 komentar:

  1. Sundulgan.. Hehe.. Ane warga kudus gan.. Lanjutin lah.. Kasih pic ya.. Btw, NO 3GP = HOAX!! :P

    BalasHapus
  2. haha. .
    oke. .tunggu gambar-gambar selanjutnya. .
    maaf, asmanipun sinten nggih bang?

    BalasHapus
  3. hahaha sumprit kemaren googling nemu blog ini :P
    kenalin ane aam. ane kudus yang RT 4.. yang sebelah barat jalan. kemaren sempet juga sih maen ke posko nganterin temen. masih sebulan ya disini.. semangat kakak!!

    BalasHapus