Kamis, 21 Juli 2011

IPM, pelajar dan organisasi


Hari ini tepat 50 tahun (18/7) umur dari Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), acara Milad setengah abad diperingati di Solo. Selamat Milad ! Gerakan amar ma’ruf nahi mungkar, gerakan dikalangan pelajar yang aktif dan kreatif. IPM adalah organisasi otonom “anak bungsu” dari Muhammadiyah yang bertujuan untuk memberikan wadah tersendiri bagi para pelajar khususnya demi persiapan proses kaderisasi dan ajang latihan berorganisasi. Tujuan lainya bisa dibilang secara umum adalah untuk membentengi mereka dari arus globalisasi era yang semakin modern dengan permasalah negatif yang semakin kompleks pula.  Selain itu juga sebagai tempat menyalurkan hasrat intelektual dan kreatifitas dari para pelajar yang kadang tidak terbendung untuk selalu berkreasi. Terbentuknya pelajar yang intelek, religius, kritis dan kreatif memang menjadi cita-cita IPM karena bangsa ini generasi penerus yang kokoh, baik prinsip maupun cita-cita luhur ke depan.
Sudah banyak kasus yang terjadi sebagai dampak dari globalisasi zaman, seperti adanya pergaulan bebas, narkoba, tawuran dan sebgainya. Kebanyakan para pelajar atau ABG (Anak Baru Gede) ini masih labil dan dalam proses pencarian jati diri. Maka dari itu wadah-wadah positif seperti IPM utuk mengarahkan mereka dengan kegiatan-kegiatan positif yang bermanfaat bagi masa kini dan masa depannya.
50 tahun, bukan waktu yang sedikit untuk sebuah organisasi seperti IPM. Era terus berubah, entah, ke arah mana kita melihat yang jelas ada 2 segi yang tidak dapat ditinggalkan, positif dan negatif. IPM telah melewati proses pematangan diri ditempa dengan perubahan dekade, seperti era orde lama dengan Soekarno, orde baru dengan Soeharto, dan masa reformasi sampai sekarang. Tidak mudah memang, berbagai tantangan datang berduyun-duyun merintangi langkah dan gerak perjuangan. Akan tetapi IPM tetap Istiqomah dengan gerakannya. Pasca Muktamar Muhammadiyah di Yogyakarta sekitar bulan Juli 2010, kebetulan berbarengan dengan Aisyah, Muktamar ke-17 IPM di Yogyakarta tepatnya di Kabupaten
Bantul, terbentuklah konsep “Gerakan Pelajar Kreatif”. Gerakan kreatif dari pelajar dengan menonjolkan corak intelektual, kritis dan religiusnya.     
Masa muda, masa yang berapi-api,” begitulah kata bang Rhoma Irama dalam sebuah lagunya. Ditambah lagi dengan pekikan semangat yang hingga kini masih terngiang ditelinga, dari bapak salah satu proklamator, Bung Karno, “Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncang dunia”. Namun masih perlu ditegaskan lagi pemuda atau pelajar yang seperti apa? Pastinya adalah mereka-mereka yang mendapat didikan secara matang, punya ghiroh (semangat_red) untuk maju dan kritis terhadap perubahan. Bukan pelajar atau mereka-mereka yang lembek, mengikuti arus zaman yang kian hari makin mengikis moral dan iman mereka.
            Dengan demikian, harapan ke depan untk IPM ini adalah semakin maju, perubahan semakin ke arah perbaikan, berbenah diri, menatap kedepan tanpa melupakan masa lalu. Kader-kader IPM baik dari Pimpinan Pusat sampai Pimpinan Cabang maupun Ranting bisa evaluasi diri. Jadikan moment setengah abad ini sebagai proses refleksi diri  dilanjutkan dengan gerakan yang kreatif dan aktif, intelektual-religius, maka Insya Allah, IPM ke kedepan semakin memberi kontribusi positif untuk dan bangsa Indonesia yang sedang demam ini, dan kepada masyarakat dunia.

0 komentar:

Posting Komentar