Pada umumnya, kita mengenal bahwa bangsa Indonesia yang terdiri lebih dari 500 suku bangsa masing-masing memiliki kearifan lokal yang mengatur eksistensi dalam hubungannya dengan Tuhan YME, hubungan dalam dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dan hubungan dengan alam lingkungannya, dalam berbagai ungkapan tradisional berupa petatah, pantun nasihat, cerita rakyat dan sebagainya. Kearifan lokal itu yang selama mencitrakan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang ramah, sopan santun dan bermartabat. Dari keberagaman ini muncul suatu pengertian bahwa ke-Indonesia-an memang di mulai dari adanya keberagaman. Keberagaman itu terjadi disebabkan karena kepulauan Nusantara terdiri atas: 17.200 pulau, lebih dari 300 etnis mayoritas dan minoritas dengan berbagai bahasa yang tersebar dalam pulau-pulau. Namun diakui bahwa keberagaman itu akan berakulturasi secara dinamik, kreatif dari berbagai aspek yang berbeda menuju kepada satu kesatuan yang menjadi jati diri bangsa Indonesia.
Salah satu fenomena yang kita rasakan sejak terbukanya era globalisasi yang ditandai dengan masuknya pengaruh nilai-nilai baru dalam semua sendi kehidupan kita serta komitmen bangsa untuk melakukan reformasi di segala bidang telah membawa dampak perubahan masyarakat yang sangat besar. Dampak positif yang kita rasakan antara lain adalah perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni akibat teknologi informasi. Namun dampak negatif yang menyertai juga tidak kalah dahsyatnya berkaitan dengan masalah sosial budaya yang menyangkut hal mendasar dari tabiat dan mentalitas bangsa. Selanjutnya dari berbagai event budaya terlihat bahwa perkawinan budaya dalam era globalisasi saat ini, memperlihatkan kecenderungan akan pengaruh dominan budaya barat (Westernisasi) terhadap kebudayaan yang telah ada di Indonesia.
Masyarakat secara umum yang berinteraksi dengan budaya asing tersebut terus menerus menyerap budaya barat dalam kehidupan kesehariannya sehingga tidak disadari bahwa budaya Indonesia yang sangat tinggi beransur-angsur kehilangan akar budaya dan nilai dasarnya. Kehilangan jati diri atas kebersamaan tersebut menyebabkan terjadinya degradasi kehidupan sosial di mana-mana, munculnya kerusuhan, dekadensi moral, ketidakpercayaan, kehilangan semangat gotong royong dan sebagainya adalah dampak yang harus ditanggung bersama. Seharusnya dengan sikap ke-bhinneka-tunggal-ika-an, rasa kebersamaan yang seharusnya dipupuk dan dibina dalam rangka menuju kemandirian dan kesejahteraan bangsa sesuai dengan tujuan bangsa dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Pondasi dasar kebudayaan Indonesia mempunyai sifat: akulturatif, integratif adaptif, kreatif dan harmonis yang dinamis dalam menerima unsur-unsur budaya asing menyaring dan menyerap akan hal hal yang dapat memperkaya munculnya ke-Indonesia-an. Dasar budaya Bhinneka Tunggal Ika merupakan suatu unsur yang sangat fundamental yang dapat dijadikan bingkai dasar untuk merajut kembali goyahnya jati diri kebudayaan bangsa. Kemudian memahami kembali nilai-nilai kearifan lokal yang tergeser pengaruh dari luar untuk mencari makna ke-Indonesia-an yang sebenar-benarnya dalam arti yang lebih luas sebagai pedoman hidup individu, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Hasby Marwahid
Dalam kata pengantar proposal seminar sejarah nasional
Mencari Indonesia Melalui Identitas Budaya
Universitas Negeri Yogyakarta
0 komentar:
Posting Komentar